Tren PHK Karyawan dan Prospek Startup di Tengah Krisis Likuiditas

123RF.com/Elnur Amikishiyev
30/5/2022, 22.59 WIB
  • Sejumlah startup seperti Zenius, LinkAja, dan JD.ID mendadak merumahkan ratusan pegawainya dalam sepekan terakhir.
  • Rezim pengetatan likuditas seperti yang dilakukan The Fed membuat investor berhati-hati menggelontorkan uang yang membuat startup harus melakukan efisiensi.
  • Strategi 'bakar duit' yang sering dilakukan startup kini tidak lagi relevan. Investor hanya akan melirik perusahaan rintisan yang stabil dan bertumbuh untuk membenamkan investasinya.

Agustinus–bukan nama sebenarnya–tidak punya prasangka buruk saat memulai aktivitas pada Senin (23/5) lalu. Ia terbangun, lantas mengikuti town hall meeting perusahaan seperti biasa.  Pria asal Sumatera Utara itu telah bekerja sebagai programmer di platform edutech Zenius sejak Agustus 2021.

Town hall berlangsung singkat, tetapi berdampak besar terhadap ratusan karyawan Zenius. Dalam pertemuan itu, manajemen awalnya bercerita soal kondisi ekonomi global. Tentang krisis likuiditas di Amerika Serikat juga bagaimana akhirnya investor Zenius menahan dana perusahaan.

Sekitar setengah jam setelah town hall berlangsung, manajemen akhirnya mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Karyawan yang terdampak diminta mengecek e-mail soal detail pemecatan. 

Nyaris seluruh karyawan terhenyak dengan keputusan itu. Agustinus merasa selama ini perusahaan sedang baik-baik saja. Sejak pertengahan 2021, Zenius bahkan telah melakukan rekrutmen besar-besar. Nyaris setiap pekan, wajah-wajah baru karyawan Zenius juga bermunculan. Tepat sepekan sebelum town hall, Zenius juga baru saja merekrut pegawai baru.

“Jadi betul-betul seperti petir di siang bolong,” kata Agustinus, kepada Katadata.

Kasak-kusuk di internal karyawan menyebutkan perusahaan merumahkan sekitar 200-an orang, termasuk Agustinus. “Saya kaget karena sebetulnya kerjaan kami lagi numpuk. Mau launching banyak fitur baru,” cerita Agustinus.

Agustinus selama ini yakin kondisi perusahaan sedang baik-baik saja. Selain proses rekrutmen yang terus berlangsung,  Zenius juga baru saja memperoleh pendanaan dari MDI Ventures pada Maret 2022. Meskipun jumlahnya tidak diungkap ke publik, tetapi para karyawan meyakini angkanya cukup besar. 

“Zenius bahkan baru saja akusisi Primagama. Jadi kami pikir keuangan perusahaan sedang bagus,” kata Agustinus.

Namun malang tak dapat ditolak. Agustinus dan 200-an koleganya resmi dipecat pada hari itu juga. Prosesnya berlangsung cepat. Para karyawan harus angkat kaki dari Zenius paling lambat akhir Juni 2022 ini. Para karyawan yang masih punya cuti tahunan diminta untuk menghabiskan cutinya sebelum meninggalkan perusahaan.

Agustinus cuma bisa pasrah menerima kabar pahit ini. Ia cuma berharap perusahaan menyelesaikan kewajibannya terhadap para karyawan yang dipecat. Manajemen menjanjikan para karyawan ini akan menerima pesangon sesuai ketentuan regulasi. 

Dalam pernyataan resminya, manajemen Zenius beralasan perusahaan harus beradaptasi terhadap kondisi makro ekonomi yang kian memburuk. Para petinggi Zenius sepakat untuk melakukan konsolidasi dan optimalisasi proses bisnis. Salah satu caranya dengan merumahkan 200-an orang karyawan.

“Zenius memahami bahwa ini adalah masa yang sulit bagi karyawan yang terdampak, sehingga perusahaan akan melanjutkan manfaat asuransi kesehatan mereka hingga 30 September 2022, termasuk untuk anggota keluarga mereka," kata Manajemen Zenius, dalam keterangan resmi. 

PENDANAAN GUNA INDONESIA CERDAS DAN CERAH (ANTARA FOTO/Audy Alwi)
 



Tren PHK Karyawan

Langkah tegas Zenius ini segera diikuti oleh sejumlah startup lainnya. Aplikasi dompet digital LinkAja juga memutuskan untuk merumahkan ratusan pegawainya. Head of Corporate Secretary Group LinkAja Reka Sadewo mengatakan perusahaan ingin melakukan penyesuaian organisasi SDM.

"Apapun perubahan yang dilakukan dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi kualitas layanan kami,” kata Reka.

Kebijakan serupa juga diterapkan oleh layanan e-commerce JD.ID. Alasan pemecatan karyawan juga tidak jauh berbeda. Perusahaan ingin melakukan restrukturisasi di tengah pengetatan likuiditas yang sedang terjadi.

PHK massal terhadap ratusan karyawan startup di Indonesia dalam sepekan terakhir memantik kekhawatiran baru soal model bisnis startup. CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro mengatakan startup memang harus melakukan efisiensi dalam kondisi saat ini. Strategi ini bisa dengan mengurangi anggaran marketing, menunda ekspansi, hingga melakukan PHK massal.

Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama