Saham Danamon Prospektif Pasca Akuisisi oleh DBS

Image title
Oleh
24 Mei 2013, 11:12
bank dbs
KATADATA
KATADATA

KATADATA ? Prospek saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN) pasca-akuisisi oleh DBS Group Holdings diperkirakan akan semakin menarik. Namun, ini masih akan menunggu kepastian akuisisi tersebut, termasuk soal jumlah kepemilikan saham oleh DBS.

?Masuknya DBS Group akan membawa strategi bisnis baru, sehingga akan mendongkrak kinerja keuangan perseroan,? ujar seorang analis pasar modal. Apalagi, DBS merupakan bank dengan kapitalisasi pasar dan modal terbesar di Asia Tenggara dengan peringkat utang AA- dan Aa1.

Namun, pengumuman akuisisi saham Danamon oleh DBS belum tercermin dari perkembangan harga saham dalam sepekan ini. Setelah Bank Indonesia mengungkap persetujuan akuisisi tersebut pada 21 Mei, saham  BDMN justru terus menurun. Pada 21 Mei, harga saham Danamon masih Rp 6000, namun dalam tiga hari kemudian, harganya terus menurun menjadi Rp 5.800 atau turun sekitar 3,3 persen. Bahkan, harganya merosot sejak awal Mei di level Rp 6.400.

?Harganya turun karena belum ada kepastian soal akuisisi tersebut. Investor cenderung menahan diri,? kata analis tersebut.

Sejauh ini, bila dibandingkan dengan sejumlah bank lainnya, sepanjang kuartal I-2013, kinerja BDMN memang kurang memuaskan ketimbang pesaingnya, seperti PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bank yang memiliki segmen pasar yang sama dengan BDMN.  

Pendapatan operasional BDMN tercatat Rp 4,8 triliun, naik 5,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih BDMN tercatat Rp 1 triliun, atau tumbuh 11,3 persen dari posisi pada periode yang sama 2012 sebesar Rp 924,9 miliar. Adapun margin laba bersih perseroan (Net Income Margin/NIM) tercatat sebesar 21,7 persen.

Pada periode yang sama, pendapatan operasional dan laba bersih BTPN justru mengalami kenaikan signifikan yakni masing-masing sebesar 20,4 persen dan 30,4 persen, menjadi Rp 2,6 triliun dan Rp 572,6 triliun, dengan besaran NIM 33,18 persen.

Sementara BBRI mencatatkan pertumbuhan pendapatan operasional dan laba bersih masing-masing sebesar 10 persen dan 20,1 persen menjadi Rp 13,4 triliun dan Rp 5,1 triliun. Sementara margin laba bersih BBRI sebesar 43,4 persen.

Secara fundamental, rasio imbal hasil terhadap ekuitas (RoE) BDMN sebesar 14,97 persen dan rasio imbal hasil terhadap aset (RoA) sebesar 2,75 persen. Ini lebih rendah dari RoE dan RoA BTPN masing-masing sebesar 29,13 persen dan 3,8 persen. Sedangkan BBRI memiliki tingkat RoE dan RoA masing-masing sebesar 32,8 persen dan 4,03 persen.

Masuknya DBS sebagai pemegang saham pengendali diperkirakan bakal mengubah manajemen, strategi, dan bisnis inti BDMN. Terlebih saat ini, kinerja BDMN sangat tergantung pada anak usahanya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) yang memberikan kontribusi sekitar 38 persen dari total pendapatan perseroan.

Dengan demikian, kinerja saham BDMN bisa bergerak ke sesuai harga yang disepakati dalam akuisisi senilai Rp 7.000 per saham. Meskipun harga tersebut merupakan premium jika dibandingkan rata-rata Volume Weighted Average Price (VWAP) per saham dalam sebulan terakhir, yakni Rp 6.252 per saham.

Reporter: Aria W. Yudhistira
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...