Pengusaha Minta BI Kendalikan Gejolak Rupiah
KATADATA ? Kalangan dunia usaha meminta Bank Indonesia mengendalikan fluktuasi gejolak nilai tukar. Melemahnya rupiah terhadap dolar telah diperhitungkan pelaku bisnis.
"Bagi pengusaha yang penting nilai tukar rupiah stabil, jangan naik turun. Kalau volatile, makin susah bagi kami," ujar Pendiri dan Direktur Northstar Equity Partners (Northstar) Patrick Walujo.
Dia mengatakan melemahnya rupiah sebenarnya menguntungkan bagi ekspor. Ekspor Indonesia akan lebih kompetitif. Selain itu impor juga akan berkurang dan dilakukan lebih selektif. "Karena impor tinggi, maka inflasi dari barang impor akan terjadi," tuturnya.
Menurutnya, pengusaha telah mengatisipasi adanya pelemahan mata uang. Alasannya memperhatikan defisit transaksi berjalan dan rencana penghentian stimulus Amerika Serikat (tapering). "Menurut saya pengusaha sudah siap dan melakukan antisipasi bahwa keadaan akan sedikit bergejolak," ujarnya.
Adanya tapering membuat instrumen investasi di Amerika lebih menarik. Untuk itu para investor berduyun-duyun kembali menaruh modalnya di negara Paman Sam tersebut. Secara jangka pendek, pasar modal dan pendanaan akan terkena efek. Namun ia menilai efeknya tak sebesar bulan September lalu. "Semua orang tahu tapering akan terjadi," ujarnya.
Pada 29 November 2013, kurs jual Bank Indonesia tercatat sebesar 12.037 dan kurs beli sebesar 11.917. atau kurs tengah sebesar 11.977, atau melemah dibanding hari sebelumnya 11.930. Menurut data Bloomberg (15.54), rupiah ditutup di level 12.018 atau melemah 53 poin.
Rupiah melemah 2,21 persen dalam sepekan dan menjadi mata uang paling lemah di Asia. Pelemahan juga terjadi pada negara lain seperti Yen Jepang (-0,99 persen), Baht Thailand (-0,92 persen), Dolar Singapura (-0,43 persen), Ringgit Malaysia (-0,21 persen).
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menjelaskan rupiah tengah menuju keseimbangan baru. Melemahnya rupiah disebabkan oleh permintaan dolar menjelang akhir bulan meningkat. Terutama berasal dari permintaan repatriasi keuntungan, pembayaran utang atau bunga. Agus mengakui pembayaran utang pada November memang lebih tinggi dibandingkan Oktober. Sementara faktor eksternal yaitu berita ekonomi global seperti laporan angka ritel Amerika yang tak sesuai harapan dan rencana Amerika melakukan tapering off.