BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 7,5 Persen

Image title
Oleh
9 Januari 2014, 14:12
gubernur-bank-indonesia.jpg
KATADATA | Donang Wahyu

KATADATA ? Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 7,5 persen. Suku bunga lending facility dan suku bunga deposit facility masing-masing tetap pada level 7,5 persen dan 5,75 persen.

Kebijakan tersebut diambil berdasarkan evaluasi ekonomi menyeluruh ekonomi 2013 dan prospek ekonomi tahun 2014-2015 menunjukkan kebijakan masih konsisten dengan target inflasi menuju sasaran 4,5 persen plus minus 1 persen pada 2013 dan 4 persen plus minus 1 persen pada 2015. Selain itu juga mengendalikan penyesuaian ekonomi Indonesia sehingga defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat lebih sehat.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan perekonomian Indonesia pada 2013 menghadapi tantangan yang tidak ringan akibat dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Perekonomian negara-negara maju melambat dan diikuti koreksi pertumbuhan ekonomi negara emerging markets. Pertumbuhan ekonomi global yang melambat pada giirannya mendorong turunnya harga komoditas dunia. "Selain itu, ketidakpastian keuangan global juga meningkat tajam sejalan dengan sentiment negatif terhadap rencana pengurangan stimulus moneter (tapering off) di Amerika Serikat," ujar Agus di BI, Jakarta, Kamis 9 Januari 2014.

BI memperkirakan perekonomian Indonesia tahun 2013 diperkirakan tumbuh sebesar 5,7 persen, melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,2 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini dikarenakan terbatasnya pertumbuhan ekspor riil akibat melambatnya ekonomi global. Dari sisi permintaan domestik, pertumbuhan investasi, khususnya investasi nonbangunan juga melambat.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun, namun perkiraan pertumbuhan 5,7 persen tahun 2013 merupakan tertinggi nomor dua di dunia. "Di tengah stabilisasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tinggi, diperkirakan 5,7 persen. Ini terbaik kedua di dunia," ujar Perry.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2014 diperkirakan akan mendekati batas bawah kisaran 5,8-6,2 persen sejalan dengan perbaikan ekonomi global dan proses konsolidasi ekonomi domestik. Kondisi ekonomi global yang menurun juga memberikan tekanan kepada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2013. Tekanan NPI dipengaruhi meningkatnya defisit transaksi berjalan yang diperkirakan mencapai 3,5 persen dari PDB, dan defisit pada tahun 2012 sebesar 2,8 persen dari PDB. Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan terutama disebabkan menurunnya ekspor non migas akibat penurunan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas dunia.

BI juga mencermati neraca migas yang mencatat defisit lebih tinggi sejalan dengan masih tingginya kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak domestik. Tekanan pada NPI jjuga dipengaruhi surplus transaksi modal dan financial yang menurun, terutama dipicu sentiment terhadap pengurangan stimulus moneter di AS dan juga persepsi terhadap kondisi transaksi berjalan. Dengan perkembangan NPI itu, cadangan devisa tercatat naik menjadi US$ 99,4 miliar atau setara 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Sepanjang tahun 2013, rupiah secara point to point melemah 20,8 persen (yoy) selama 2013 ke level Rp 12.170 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 10,4 persen (yoy) ke level Rp 10.445 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah cukup kuat terjadi sejak akhir Mei 2013 hingga Agustus 2013. ?Hal itu sejalan meningkatnya aliran modal keluar dipicu sentimen rencana pengurangan stimulus moneter oleh The Fed, di tengah kenaikan inflasi domestik pasca kenaikan harga BBM bersubsdi dan persepsi terhadap prospek transaksi berjalan dalam negeri,? ujar Agus.

Dari sisi kinerja perbankan, pertumbuhan kredit cenderung melambat dari November 2013 tercatat 21,9 persen (yoy) menurun bila dibandingkan pertumbuhan akhir 2012 sebesar 23,1 persen. Penurunan ini dipengaruhi penurunan tajam pertumbuhan kredit rupiah dair 24 persen pada akhir 2012 menjadi 20 persen pada November 2013. Bank Sentral menilai perlambatan kredit itu sejalan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga domestik.

Reporter: Nur Farida Ahniar
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...