Rupiah Menguat, Investor Inginkan Jokowi Capres
KATADATA ? Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta (Jisdor) Jumat (7/3) diperdagangkan pada harga Rp 11.395 per dolar Amerika Serikat (AS). Nilai rupiah ini menguat 2,1 persen dibandingkan hari sebelumnya, dan menjadi penguatan tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menilai penguatan rupiah yang terjadi beberapa waktu ini merupakan dampak dari asumsi investor terhadap calon presiden dalam pemilihan umum (pemilu) mendatang.
Mayoritas, kata dia, memprediksi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang akan menjadi presiden. ?Bagi mereka simple, berdasarkan survei Jokowi yang paling populer,? kata Fauzi dalam acara seminar ?Stabilitas Politik dan Ekonomi Sebelum dan Sesudah Pemilu? di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (6/3).
Bagi investor yang terpenting kepastian politik dan pemerintahan yang kuat setelah pemilu. Fauzi mengatakan investor dan kalangan dunia usaha beranggapan jika Jokowi maju menjadi calon presiden, diprediksi pemilu bisa berlangsung satu putaran.
Selain itu PDI-P, partai pengusung Jokowi, dapat menguasai 30 persen kursi di parlemen, sehingga pemerintahan menjadi lebih kuat. ?Karena hampir para investor ini belum berpikir kalau bukan Jokowi, siapa lagi yang akan jadi presiden,? tuturnya.
Seperti diberitakan, PDI-P disebut sudah memutuskan Jokowi sebagai calon presiden dari partai berlambang banteng tersebut. Adapun pengumuman resmi pencalonan mantan walikota Solo tersebut disebut-sebut akan dilakukan dua pekan mendatang.
Meski demikian, Fauzi mengatakan, persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia akan tetap besar siapa pun yang bakal menjadi presiden. Indonesia tetap menghadapi tantangan defisit neraca transaksi berjalan yang tinggi. Diperkirakan defisit akan mencapai US$ 25 miliar pada tahun ini, dan ini mesti ditekan dengan mendorong ekspor.
?Bagi Bank Indonesia kalau ekspor susah, impor ya diturunkan dengan cara menaikkan suku bunga. Tapi tetap saja terjadi defisit,? ujarnya. ?Lalu yang nombok adalah investasi asing caranya dengan investasi langsung atau investasi portofolio. Jadi butuh dana asing untuk menombok defisit.?
Wakil Menteri Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan tantangan pemerintah ke depan adalah meningkatkan investor domestik. ?Seperti kalau asing keluar, IHSG jatuh. Asing masuk, IHSG naik. Jadi bagaimana semua pelaku pasar modal dan regulator bisa mengembangkan investor domestik,? tuturnya.