Grup Salim Incar Pabrik Gula Filipina

Image title
Oleh - Tim Redaksi Katadata
26 Mei 2014, 16:45
Anthony Salim_group salim
Arief Kamaludin | Katadata
KATADATA | Arief Kamaludin

KATADATA ? Grup Salim, melalui First Pacific Co, berencana membeli perusahaan gula di Filipina. Hal ini dilakukan untuk memperluas perusahaannya dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015.
 
Chief Executive Officer First Pacific Manuel Pangilinan mengatakan perusahaan gula didorong untuk lebih kompetitif, agar mampu menghadapi penurunan tarif di ASEAN tahun depan. Untuk itu, perseroan masih masih membuka peluang untuk mengakuisisi perusahaan pengolahan dan penyulingan gula di negara tersebut.
 
Sebelumnya First Pacific sudah menguasai 34 persen perusahaan raw sugar terbesar di Filipina Roxas Holdings, dan baru saja membeli 7,5 persen saham perusahaan gula rafinasi Victoria Milling. Targetnya, perseroan akan menambah kepemilikan di Roxas menjadi 44 persen dan melipatgandakan kepemilikannya di Victoria tahun ini.
 
?Kami masih kecil dibandingkan dengan pesaing kami di regional (Asia Tenggara). Makanya kami harus mengonsolidasikan perusahaan, kalau ingin menjadi kompetitif,? ujarnya, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (25/5).
 
Dalam perjanjian perdagangan bebas ASEAN, tarif gula impor dikurangi hingga 5 persen, dari 48 persen pada 2010. Seiring dengan ketentuan tersebut, perusahaan gula rafinasi Filipina akan menghadapi tingkat persaingan ketat dari Thailand, yang merupakan produsen terbesar dunia setelah Brasil.
 
?Ada inefisiensi dalam sistem (bisnis pergulaan). Ini harus diperbaiki, dalam proses membuat keuntungan.  Itulah inti dalam bisnis,? kata Pangilinan.
 
Aida Ignacio, Regulator Gula Filipina  mengatakan saat ini Filipina memiliki 28 pabrik pengolahan dan 11 penyulingan dengan biaya produksi yang cukup tinggi. Biaya produksi gula di Filipina saat ini mencapai sekitar 1.000 peso (setara US$ 23) per 50 kantong kilogram (Kg). Padahal harga rata-rata gula putih tahun ini pada NYSE Liffe di London hanya mencapai US$ 456,30 (setara dengan US$ 22,80) per 50 kg .
 
?Industri ini mengharapkan beberapa pabrik pengolahan dan penyulingan dapat mempertimbangkan konsolidasi. Karena mereka tidak mampu membayar investasi. Upgrading (modernisasi)  akan menurunkan biaya produksi,?ujar Ignacio.
 
First Pacific, yang memegang 50,07 persen saham di PT Indofood Sukses Makmur Tbk, memiliki perkebunan tebu seluas 18.000 hektare dan dua fasilitas pengolahan dan penyulingan gula di Indonesia. Tahun lalu hasil panen tebu perseroan di Sumatera Selatan mencapai sekitar 758.000 ton, dan menghasilkan 53.000 ton gula.
 
Di Jawa Tengah, dari hasil perjanjian kontrak pasokan dengan petani lokal, bisnis gula ini juga memperoleh pasokan bahan baku tebu untuk fasilitas pengolahan gulanya yang berkapasitas 4.000 ton per hari, dan mendapat bagian 9.400 ton. Perseroan juga memproduksi 15.700 ton gula dari gula mentah impor. Sehingga secara total, bisnis gula di Indonesia memproduksi 78.300 ton gula pada 2013.
 
Melalui kepemilikan 50 persen saham CMAA yang diakuisisi pada bulan Juni 2013, bisnis gula yang dijalankan Indofood bisa  memiliki akses atas 42.500 hektare perkebunan tebu dan pabrik pengolahan berkapasitas 3,8 juta ton per tahun di Brasil.
 
?Mudah-mudahan , kami bisa menjadi produsen gula regional dengan operasi di Indonesia dan Filipina,? ujar Pangilinan, yang juga merupakan presiden komisaris PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Advertisement
Reporter: Safrezi Fitra
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement