Fitch: Pemerintah Baru Harus Fokus Stabilisasi dan Reformasi Ekonomi

Heri Susanto
10 Juli 2014, 17:11
180614-Visiekonomi-Capres-Cover.jpg
KATADATA/
Visi Ekonomi Capres

KATADATA ? Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menyatakan bahwa keputusan  pemerintah baru untuk terus memprioritaskan stabilisasi dan keberlanjutan ekonomi akan menjadi isu utama dalam penentuan peringkat utang Indonesia 6 - 12 bulan ke depan. Sedangkan, untuk fokus jangka panjang, yang menjadi pertanyaan Fitch adalah apakah pemerintah baru akan menjalankan reformasi struktural sehingga mampu mengembalikan Indonesia ke jalur pertumbuhan berkelanjutan lebih tinggi.

Dalam rilisnya hari ini, Direktur Senior Fitch, Andrew Colquhoun menilai berdasarkan platform kedua capres, arah kebijakan ekonomi Indonesia tidak akan mengalami perubahan dalam jangka pendek. Seiring dengan mengetatnya kebijakan Fed, Fitch percaya bahwa keberhasilan Indonesia dalam menghindari gangguan yang mungkin timbul lantaran gejolak ekonomi akan ditopang oleh prioritisasi stabilisasi ekonomi dalam jangka pendek.

Advertisement

Untuk jangka panjang, usaha menaikkan tren laju pertumbuhan Indonesia akan sangat penting bagi profil kredit di masa depan. Menurut Fitch, reformasi struktural untuk menggenjot produktivitas, termasuk memperbaiki lingkungan bisnis dengan menghilangkan hambatan birokrasi dalam memulai usaha dan kendala infrastruktur akan mendukung keberhasilan mengembalikan laju pertumbuhan ke masa sebelum 2008 atau di atas 6 persen secara berkelanjutan.

Lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat tersebut juga menyatakan bahwa kemampuan kedua kandidat dalam mengimplementasikan kebijakan di tingkat nasional masih harus diuji. Rekam jejak Jokowi sebagai gubernur Jakarta tidak cukup menyediakan petunjuk tentang prioritas kebijakannya di tingkat nasional. Selain itu, jika terpilih, Jokowi masih harus bekerjasama dengan parlemen yang dikendalikan oleh lawannya. ?Meskipun koalisi dapat cair jika Jokowi sudah ditetapkan sebagai pemenang,? kata Fitch.

Sedangkan, rivalnya, Prabowo Subianto, mengangkat isu kenaikan utang pemerintah terhadap investasi. ?Kami akan menunggu apakah kebijakan tersebut akan diambil. Jika memang diambil, bagaimana implementasinya sebelum menentukan dampaknya terhadap kredit atau peringkat,? sebut pernyataan itu.

Saat ini usaha pemerintah dan Bank Indonesia meningkatkan fleksibilitas nilai tukar telah berdampak positif terhadap posisi eksternal. Defisit perdagangan Indonesia (berdasarkan basis 12 bulanan) turun menjadi US$ 2,4 miliar pada Mei 2014, anjlok tajam dari puncak tertinggi US$ 9,1 miliar pada September 2013.  

Cadangan devisa Indonesia juga naik 8,3 % year-to-date menjadi US$ 108 miliar. Sementara kondisi moneter yang ketat berhasil menahan inflasi dan memperlambat pertumbuhan kredit, yang masing-masing turun menjadi 6,7 % yoy dan 17,4 %, menurut data terakhir.

Namun menurut Fitch, Indonesia masih harus mewaspadai tekanan eksternal akibat transaksi berjalannya yang masih tercatat defisit. Ketergantungan Indonesia yang relatif tinggi terhadap komoditas dan pasar domestiknya yang masih dangkal juga membuatnya rentan terhadap tekanan eksternal.  Dampak melemahnya rupiah terhadap biaya impor minyak telah mendorong pemerintah merevisi proyeksi defisit dari 1,7% menjadi 2,4% dari PDB. 

Menurut Fitch, ?Asumsi yang digunakan untuk menghitung belanja subsidi mungkin tidak akan tercapai jika tidak dilakukan revisi harga ritel bahan bakar. Risiko akibat meningkatnya gejolak pasar keuangan terkait dengan pengetatan Fed serta dampak fiskal kenaikan biaya energi juga masih tetap ada.?

Reporter: Edwin Solahuddin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement