Tim Transisi Berpotensi Timbulkan Ketegangan Elite Partai

Image title
Oleh
13 Agustus 2014, 18:01
Katadata
KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin

KATADATA ? Pembentukan tim transisi berpotensi menimbulkan ketegangan di antara elite partai koalisi pendukung Joko Widodo. Masing-masing elite berupaya memperoleh posisi di dalam administrasi Jokowi, panggilan akrab Gubernur DKI Jakarta itu.

Dodi Ambardi, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), mengatakan ketegangan timbul lantaran Jokowi ingin membentuk tim kerja yang efisien sehingga perlu cepat dan ramping.

Advertisement

Tapi di sisi lain, elite partai koalisi serta partai yang berharap masuk dalam koalisi menginginkan akomodasi yang lebih luas. ?Saya kira itu akan berdampak di parlemen nanti,? kata Dodi saat dihubungi Katadata, Rabu (13/8).

Menurut Dodi, setidaknya ada dua dampak yang bakal timbul dari pembentukan tim transisi tersebut. Pertama, akan mempengaruhi soliditas koalisi Jokowi. Hal ini karena sebagian elite partai koalisi merasa tidak terwakili dalam tim transisi.

Kedua, pembentukan tim transisi akan menyulitkan Jokowi untuk memperluas basis dukungan di parlemen.  Apalagi koalisi Jokowi minoritas di DPR, sehingga tim transisi bukanlah bagian dari strategi politik untuk menarik dukungan elite partai. ?Jadi untuk urusan politik, Jokowi memerlukan strategi lain,? tuturnya.

Meski begitu, di masyarakat awam pembentukan tim transisi tersebut tidak akan berpengaruh. Hal ini lantaran masyarakat tidak akan mengikuti isu-isu spesifik dan teknis sektoral yang di luar jangkauan.  ?Mereka akan lebih memperhatikan hasil kebijakan Jokowi-JK, bukan tim transisi,? kata Dodi.

(Baca: Tiga Tantangan Jokowi dalam Menyusun Kabinet)

Syamsuddin Haris, peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menuturkan meski koalisi permanen pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tidak lagi utuh, namun administrasi Jokowi dipastikan bakal mendapatkan banyak gangguan di parlemen. ?Potensi gangguan di DPR sangat tinggi, karena kekuatan Partai Gerindra cukup besar,? kata dia.

Begitu pula, walau Partai Golkar dan Partai Demokrat menyatakan tidak lagi mendukung Prabowo dan memutuskan bergabung dengan koalisi Jokowi. Hal ini tidak serta merta membuat koalisi Jokowi menjadi lebih kuat. Persoalannya, masing-masing partai belum tentu mendapatkan posisi di dalam pemerintahan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Aria W. Yudhistira
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement