BI: Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Baru Bisa Tercapai 2018

Image title
Oleh
1 Oktober 2014, 19:31
bank indonesia- donang.jpg
KATADATA/ Donang Wahyu
KATADATA | Donang Wahyu

KATADATA ? Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia baru bisa mencapai 7 persen pada 2018 atau 2019. Pertumbuhan ekonomi itu bisa dicapai jika pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla bisa menyelesaikan sejumlah tantangan.

"Kalau mau mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen kemungkinan di tahun 2018 atau 2019. Kalau dalam waktu tiga tahun kami melihat agak berat," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam acara Ocean Investment Summit 2014 di Jakarta, Rabu (1/10).

Menurut Agus, pemerintahan Jokowi harus menghadapi sejumlah risiko jangka pendek baik dari dalam negeri maupun global untuk mencapai target pertumbuhan 7 persen sesuai visi dan misinya. Dari dalam negeri, setidaknya ada empat risiko yaitu defisit transaksi berjalan yang terjadi sejak kuartal IV/2011. Hingga kuartal II/2014 defisit transaksi sebesar US$ 9,1 miliar atau 4,27 persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen, aspek ini perlu diperbaiki. Idealnya defisit transaksi berjalan di bawah 2 persen," kata Agus.

Besarnya defisit transaksi  berjalan ini terutama disebabkan besarnya impor bahan bakar minyak (BBM). BI memandang pemerintah baru harus memiliki perhatian besar terhadap besarnya impor BBM ini. 

Risiko kedua yaitu besarnya utang luar negeri, yang kini sudah mencapai 31 persen dari PDB. Terutama risiko utang swasta yang lebih tinggi dibanding utang pemerintah. Ketiga, tekanan terhadap inflasi yang naik dengan adanya rencana kebijakan menaikkan harga BBM. "Penyesuaian harga BBM itu menyebabkan inflasi bisa meningkat dan itu perlu diwaspadai," tuturnya.

Tantangan keempat berasal dari defisit APBN yang membuat pemerintah harus menambah utang. Besarnya defisit anggaran ini juga disebabkan konsumsi BBM yang terus meningkat, sedangkan produksi minyak terus menurun. 

Risiko dari sisi global, lanjut Agus, pemerintah baru perlu mewaspadai kebijkan Bank Sentral Amerika (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga. Hal itu akan membuat investor di negara berkembang akan menarik dananya dan kembali ke Amerika. Ancaman itu mulai terlihat dengan pelemahan rupiah yang menembus Rp 12.000 per dolar AS. Terlebih dengan kondisi pasar keuangan Indonesia yang belum dalam ketika ada permintaan dolar dalam jumlah besar, langsung membuat rupiah tertekan. Saat ini pasar valuta asing Indonesia baru mencapai US$ 5 miliar per hari. Jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang mencapai US$ 12 miliar dan US$ 11 miliar. 

Reporter: Rikawati
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...