Retno dan Arif Havas Kandidat Menteri Luar Negeri

Image title
Oleh
22 Oktober 2014, 15:22
Katadata
KATADATA
KATADATA | CC Harjono

KATADATA ? Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Kerajaan Belanda Retno LP Marsudi dikabarkan mendadak pulang ke Jakarta karena dipanggil Presiden Joko Widodo.

Ini menguatkan dugaan bahwa lulusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada itu akan ditunjuk menjadi menteri luar negeri. Nama Retno sudah digadang-gadang salah satu kandidat ?bos? Pejambon, sebutan untuk Kementerian Luar Negeri.

?Dia buru-buru pulang dan ketemu Jokowi,? kata sumber Katadata.

Retno dikenal sebagai salah satu diplomat andal dan dinilai berhasil meredam isu Papua merdeka selama menjabat Dubes di Belanda. Padahal di Inggris isu Papua merdeka sempat membuat repot pemerintah. Selain itu, sewaktu menjadi Dubes untuk Norwegia, Retno menjadi salah satu anggota tim pencari fakta kematian aktivis HAM Munir.

Kandidat lain yang juga disebut-sebut sebagai calon menteri luar negeri adalah Arif Havas Oegroseno. Saat ini dia menjabat sebagai Dubes untuk Belgia.

Sama seperti Retno, Arif merupakan diplomat karir di Kementerian Luar Negeri. Sebagai diplomat, dia dikenal sebagai ahli perbatasan dan salah satu juru runding andal, terutama yang berkaitan dengan perbatasan.

Arif juga disebut-sebut sebagai kader Hassan Wirajuda, mantan Menteri Luar Negeri periode 2001-2009. Mereka dikenal dengan sebutan ?Hassan?s boys? terutama yang berasal dari angkatan ke-12 dan ke-13 dalam pendidikan diplomat yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri.

Beberapa nama diplomat yang berasal dari kedua angkatan tersebut dan juga disebut-sebut sebagai calon menteri luar negeri adalah Yuri O. Thamrin yang sekarang menjabat Dirjen Asia, Pasifik, dan Afrika. Selain itu Desra Percaya, mantan juru bicara kementerian Luar Negeri dan sekarang menjadi Kepala Perwakilan Tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Adapun Arif diketahui berasal dari angkatan ke-13, sedangkan Retno merupakan lulusan angkatan ke-12 dalam pelatihan diplomat tersebut.

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan, perlu ada pergeseran cara pandang diplomasi Indonesia. Tugas menteri luar negeri bukan hanya soal politik melainkan mampu bernegosiasi di bidang ekonomi.

?Cara pandang diplomasi ekonomi.  Jadi, Kemenlu harus memiliki intelijen pasar,? tuturnya. (Baca: Gabung Kementerian Perdagangan dan Luar Negeri)

Menurutnya, saat ini Kementerian memiliki banyak ahli berdiplomasi soal ekonomi. Seperti Michael Tene, Renata Hutagalung, serta Arif Havas Oegroseno. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Redaksi
Editor: Arsip

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...