Ekonomi AS Pulih, FDI Bisa Turun

Image title
Oleh
23 Oktober 2014, 10:00
Katadata
KATADATA
KATADATA | Donang Wahyu

KATADATA ? Pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan menjadi tantangan besar bagi Indonesi. Membaiknya perekonomian negara adidaya tersebut bukan hanya akan memengaruhi aliran investasi di sektor portofolio, tapi juga pada investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI).

Kepala Lembaga Kajian Kebijakan Publik Universitas Indonesia Wijayanto Samirin mengatakan, sebelum 2008 FDI yang masuk ke Indonesia mencapai rata-rata US$ 6 miliar per tahun. Jumlah itu kemudian meningkat seiring krisis yang terjadi di AS dan kawasan Eropa itu.

Advertisement

Menurut catatan Wijayanto, selama periode krisis tersebut FDI meroket hingga mencapai rata-rata US$ 19 miliar per tahun. Alhasil, pemerintah perlu menyiapkan langkah antisipasi membaiknya perekonomian AS. Ini karena investasi langsung tersebut bisa saja kembali kepada situasi sebelum krisis.

Adapun langkah antisipasi terutama dalam menahan tingkat pengangguran yang bisa meningkat akibat penurunan FDI. ?Kebijakan moneter kita ke depannya juga perlu mempertimbangkan angka pengangguran,? ujarnya di Jakarta, Rabu (22/10).

Pemerintah juga perlu menyehatkan sisi fiskal melalui penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Ini supaya alokasi subsidi bisa berkurang sehingga tidak terlalu membebani anggaran negara. ?Tidak ada cara lain untuk naikkan pendanaan tahun depan,? kata Wijayanto.

Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop menilai Indonesia termasuk dalam negara yang tidak menikmati keuntungan dari perbaikan ekonomi AS. Menurutnya, pemerintah perlu menyiapkan instrumen kebijakan yang lebih tepat terkait pengendalian defisit pada neraca transaksi berjalan.

Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menilai antisipasi dampak kebijakan normalisasi tersebut yang paling tepat dilakukan dengan pemotongan subsidi. Selain juga mengendalikan impor serta mendorong kinerja ekspor.

Dengan kebijakan tersebut, Bank Indonesia diperkirakan akan menaikkan lagi suku bunga acuannya (BI Rate) sekitar 25-50 basis point untuk menekan inflasi akibat kenaikan harga BBM.

Selain itu, kenaikan BI Rate juga sekaligus menjadi salah satu pilihan tepat untuk mengurangi impor. ?Pemerintah harus jaga defisit transaksi berjalan sebelum the Fed menaikkan suku bunga,? katanya.

Reporter: Petrus Lelyemin
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement