BI: Harga BBM Naik, Inflasi Akhir Tahun Dekati 9 Persen
KATADATA ? Bank Indonesia menghitung jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun ini maka inflasi akan mendekati 9 persen. Jika tanpa kenaikan harga BBM, maka tahun ini inflasi sebesar 5,2 persen.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan angka itu sudah mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan dalam negeri. Menurut Agus, kendati kenaikan BBM akan berdampak inflasi, namun kebijakan tersebut berdampak positif bagi perekonomian keseluruhan.
"Ini akan berdampak baik terutama untuk fiskal dan mengurangi defisit transaksi berjalan yang terjadi sejak 2011," ujarnya di Jakarta, Kamis (30/10).
Subsidi BBM, lanjut Agus, telah mencapai Rp 300 triliun. Sedangkan produksi minyak terus menurun. Lifting minyak 5 tahun mendatang diperkirakan turun menjadi 600 ribu barel per hari dari saat ini sekitar 800 ribu barel per hari. Sehingga jika subsidi BBM itu dikelola dengan baik akan membuat neraca transaksi berjalan lebih stabil.
"Apalagi jika bisa dikonversi ke subsidi langsung untuk masyarakat yang betul-betul membutuhkan," ujarnya.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menmberikan gambaran jika harga BBM naik Rp 1000 per liter maka inflasi akan naik 1,2 persen. Jika kenaikan harga BBM Rp 2000 makan inflasi akan bertambah 2,4 persen. Jika kenaikan harga BBM Rp 3000 per liter maka inflasi bertambah 3,6 persen.
Menurutnya jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, pasar akan menanggapi positif upaya pemerintah untuk mengurangi beban anggaran. Dengan menaikkan harga BBM, risiko investasi Indonesia menjadi berkurang karena ada penyehatan dari sisi fiskal. Defisit transaksi berjalan akan membaik. Hal itu akan membuat rupiah menguat.
"Yang penting ada sinyal dari kebijakan pemerintah. Karena itu akan membuat nilai tukar rupiah menguat," kata Perry. (Baca: Gubernur BI: Kebijakan The Fed, Rupiah Masih Akan Melemah)
