Subsidi BBM Jadi Penghambat Program Konservasi Energi
KATADATA ? Subsidi energi dinilai sebagai penghambat program konservasi energi. Subsidi ini membuat harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi lebih murah sehingga menyebabkan masyarakat lebih susah berhemat dalam mengkonsumsi energi.
"Subdidi bukan hanya beban, tapi penghambat program konservasi energi," kata Staf Ahli Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yun Yunus Kusumahbrata, saat membacakan pidato Menteri ESDM Sudirman Said. Pidato ini dibacakan pada acara Diskusi Nasional Konservasi dan Efisiensi untuk Ketahanan Energi dan Pembangunan Berkelanjutan Demi Masa Depan Indonesia di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (27/11).
Menurut dia konservasi dan efisiensi energi sangat penting, mengingat kebutuhan energi listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring angka pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang berkisar 5-6 persen, berkorelasi dengan peningkatan kebutuhan energi nasional sekitar 2-3 persen di atas pertumbuhan PDB.
Direktur Konservasi Energi pada Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Kementerian ESDM Maritje Hutapea juga membenarkan hal tersebut. Berdasarkan audit energi yang pernah dilakukan terhadap 1.200 perusahaan di sektor industri dan bangunan, ada beberapa perusahaan yang masih menggunakan teknologi yang boros energi.
Pemerintah pun merekomendasikan untuk beralih ke teknologi yang hemat energi. Tapi hal ini cukup sulit karena membutuhkan dana yang besar. "Pemilik perusahaan tidak punya uang, lalu datang ke bank. Tapi bank masih mengklasifikasikan bisnisnya sebagai bisnis yang tidak ada kepastiannya," ujarnya.