Atasi Impor Minyak, Kemenko Maritim Kembangkan Mikro Alga
KATADATA ? Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mengaku sedang mengembangkan mikro alga sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM). Pengembangan ini bertujuan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak.
Mikro alga adalah jenis tanaman ganggang yang memiliki ukuran mikro. Spesies tanaman yang dianggap sebagai nenek moyang tumbuhan ini biasa hidup di air tawar ataupun air laut.
Pelaksana Tugas Deputi Koordinasi Bidang SDM Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan satu juta hektare mikro alga bisa menghasilkan setara satu juta barel minyak per hari. "Kalau itu sudah berhasil, impor minyak bisa dikontrol," kata dia di acara Simposium Nasional Migas Indonesia 2015 yang diadakan Komunitas Migas Nasional di Makassar, Kamis (26/2).
Saat ini pengembangan mikro alga sebagai BBM alternatif masih dalam tahap uji coba laboratorium. Uji coba ini melibatkan Perguruan Tinggi di Indonesia, bahkan kerjasama dengan negara-negara lain seperti Perancis, Amerika Serikat dan Cina.
Dia berharap, nantinya program tersebut bisa dilakukan di laut lepas untuk skala yang lebih besar. Setelah itu, hasilnya dapat ditawarkan kepada pihak swasta untuk dikembangkan secara komersial dalam skala industri. Safri memperkirakan investasi yang dibutuhkan untuk membangun pengolahan mikro alga ini mencapai lebih dari Rp Rp 1 triliun.
"Alga ini diekstrak menjadi biodiesel. (Berbeda dengan sawit) Alga ini juga dapat menyerap CO2 lebih banyak, jadi setiap penyerapan CO2 bisa dibayar Bank Dunia," ujar dia.
Namun, sebelum dilepas ke laut lepas, dia ingin Kementerian Agraria dan Tata Ruang dapat melakukan sertifikasi. Ini dimaksudkan agar proyek tersebut tidak terganggu dengan proyek eksplorasi migas ataupun lalu lintas kapal.
Untuk saat ini, pengembangan program tersebut dinilai masih belum ekonomis, lantaran harga minyak yang sedang turun. Dia menyebut, mikro alga baru bisa ekonomis jika harga solar mencapai Rp 10.000 per liter.