Total E&P Pangkas Investasi Tahun Ini Rp 1,3 Triliun
KATADATA ? Total E&P Indonesie mengurangi investasinya di Indonesia tahun ini. Nilai pengurangan investasi ini cukup besar, hingga mencapai US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,3 triliun.
VP Corporate Communication HR and Finance Total E&P Arividya Noviyanto mengatakan, awalnya Total menganggarkan dana investasi tahun ini sebesar US$ 2,4 miliar. Belakangan, dalam Revisi Rencana Kerja dan Anggaran, Total mengurangi investasinya menjadi US$ 2,3 miliar lantaran harga minyak dunia yang terus menurun.
Bahkan,ada kemungkinan perusahaan multinasional asal Perancis ini akan kembali menurunkan anggaran investasinya sebesar lima persen pada akhir tahun ini. Langkah tersebut akan dilakukan kalau harga minyak dunia kembali turun. "Kalau bisa produksi dengan biaya yang lebih murah," kata Arividya di kantor Total, Selasa malam (7/7).
(Baca: Kontraknya Akan Habis, Produksi Gas Total E&P Berkurang)
Penurunan dana investasi tersebut tentu akan berdampak pada kegiatan eksplorasi perusahaan. Rencananya Total E&P akan mengurangi aktivitas pengeboran. Kalau semula Total menggunakan 11 unit peralatan pengeboran (rig), maka akan dikurangi menjadi hanya tujuh rig hingga akhir tahun 2015. Bahkan, tahun depan, jumlah rig yang digunakan akan dikurangi menjadi hanya tiga rig.
Meski demikian, Total menjamin pengurangan nilai investasi itu tidak akan berdampak pada penurunan kegiatan operasi secara keseluruhan. Kegiatan operasional di semua ladang migas yang berjumlah 107 sumur tetap berjalan, dan tidak akan ditutup.
Karena itulah, Total E&P tidak mengurangi target produksinya. Tahun ini, mereka menargetkan bisa memproduksi gas bumi sebanyak 1.645 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sedangkan produksi minyak ditargetkan sebesar 65.000 barel per hari (BPH). "Target masih valid sampai akhir tahun. Tidak mau turun karena itu sudah menjadi komitmen dengan pemerintah," ujar Arividya. Namun, target produksi Total tahun ini lebih rendah dari tahun lalu. Realisasi produksi gas Total E&P pada 2014 sebesar 1.649 MMSCFD, dan produksi minyaknya 67.000 BPH.
Di sisi lain, Arividya menegaskan, penurunan produksi ini tidak ada hubungannya dengan kontrak Total atas Blok Mahakam yang akan habis pada 2017. Jadi, penurunan produksi tersebut lebih disebabkan oleh faktor alamiah, yaitu sumur-sumur migasnya yang sudah tua.(Baca: Pertamina Khawatir Produksi Blok Mahakam Turun Pada 2018)