Studi Tanggul Laut Raksasa Dapat Hibah dari Korea dan Belanda
KATADATA ? Pemerintah mendapatkan hibah dari Pemerintah Korea Selatan dan Belanda untuk melakukan studi Tanggul Laut Raksasa Jakarta tahap B dan C. Total nilai hibah yang diberikan untuk proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau Giant Sea Wall Jakarta ini mencapai Rp 270 miliar.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan Korea Selatan yang diwakili oleh Korea International Cooperation Agency (KOICA) sepakat untuk menghibahkan US$ 9,5 juta atau sekitar Rp 135,4 miliar. Sedangkan Belanda yang diwakilkan pihak Kedutaan Besar Belanda sepakat memberikan 8 juta-8,5 juta euro atau sekitar Rp 127 miliar - Rp 135 miliar.
"Ini untuk bantuan teknis, terutama untuk survei, studi arus laut, atau struktur tanah laut yang selama ini datanya belum banyak," ujar Basuki usai penandatangan Letter of Intent (LoI) Kemitraan Korsel-Belanda untuk Proyek NCICD di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis (3/9).
(Baca: Pemerintah Bentuk Tim untuk Kaji Ulang Proyek Tanggul Raksasa)
Selain hibah dana tersebut Korea dan Belanda juga menyumbangkan 30 tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam studi ini. Tenaga ahli dari Korea, rencananya akan datang ke Indonesia dan memulai pekerjaan pada pertengahan bulan ini. Sementara tenaga ahli dari Belanda masih harus menyesuaikan waktunya terlebih dahulu.
Dengan adanya hibah dan bantuan tim ahli dari dua negara tersebut, pemerintah berharap studi megaproyek Tanggul Laut Raksasa ini bisa rampung pada 2017. Setelah hasil studinya akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah. Pemerintah akan memutuskan apakah desain yang sudah ada saat ini layak dilanjutkan, atau dengan menggunakan desain yang baru.
Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Luky Eko Wuryanto mengatakan pemerintah menargetkan keputusan mengenai proyek ini harus sudah ada dalam dua tahun ke depan.
Menurut dia, proyek NCICD akan menjadi percontohan bagi kota-kota pesisir lainnya. Makanya dia menegaskan studi ini harus dilakukan secara komprehensif. "Ini kan nantinya ada kolam raksasa yang bisa digunakan sebagai air baku. Makanya syarat pembangunannya banyak, seperti pembenahan wilayah hulu dan hilir sungai," kata Luky.