Ini Alasan Tiga Bank BUMN Pinjam Dana dari Cina
KATADATA ? Tiga bank pelat merah yang mendapatkan pinjaman senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 43,4 triliun dari China Development Bank (CDB) akan dipakai untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas membantah, isu yang menyebutkan pemerintah menjaminkan ketiga bank badan usaha milik negara (BUMN) untuk mendapatkan dana tersebut. Pinjaman yang ditandatangani pada 16 September lalu itu bersifat business to business (B to B).
?(Dijadikan jaminan oleh pemerintah) ini kan hoax. Nggak mungkin sahamnya jadi milik Cina, kalau pun kami nggak bisa bayar,? kata dia saat ditemui Katadata di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (21/9).
Rohan menjelaskan, bank asal Cina itu memberi syarat bahwa pinjaman ini untuk pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana besar dan berjangka panjang. Misalnya, untuk membangun pembangkit listrik program 35 giga watt (GW) yang total kebutuhannya mencapai Rp 1.200 triliun dalam lima tahun. Maka per tahunnya mencapai Rp 240 triliun.
Bila mengacu pada aturan batasan maksimum pemberian kredit (BMPK) sebesar 20 persen dari modal Bank Mandiri senilai Rp 100 triliun, maka perusahaannya hanya bisa memberi kredit maksimal Rp 20 triliun. (Baca: Cina Beri Utang Rp 40 Triliun untuk Tiga Bank BUMN)
?Aturan rasio pinjaman terhadap kredit (loan to deposit ratio/LDR) juga begitu. Sekarang sudah hampir 90 persen, masih ada kekurangan dana 10 persen. Sementara LDR nggak boleh lebih dari 92 persen,? tutur dia.
Selain untuk membiayai infrastruktur, menurut dia, menambah pendanaan ketiga bank ini juga diharapkan bisa menjaga persediaan valuta asing (valas). Rohan menjelaskan, bila dana tersebut diubah menjadi rupiah dengan memberikan pinjaman ke perusahaan dalam negeri, maka persediaan dolar Amerika Serikat (AS) akan meningkat.
Hal senada juga disampaikan Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Achmad Baiquni. Dia menyampaikan bahwa pinjaman ini murni untuk membiayai infrastruktur. Bunganya juga rendah yakni sekitar 2,8 persen, lebih rendah ketimbang harus menerbitkan surat utang yang imbal hasilnya (yield) naik.
?Ini untuk kebutuhan pendanaan besar selama lima tahun untuk infrastruktur,? ujar Baiquni.
Selain Bank Mandiri dan BNI, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga menerima pinjaman sebesar US$ 1 miliar dengan masa pinjaman selama 10 tahun. Dari total US$ 3 miliar, sebesar 30 persen pinjaman dalam mata uang renminbi. Tujuan pinjaman tersebut akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur serta perdagangan, khususnya antar kedua negara.
Jangka waktu pinjaman selama 10 tahun sesuai dengan pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana-dana jangka panjang. Selain itu, pinjaman ini juga akan meningkatkan kerjasama antara Indonesia dan China.