Kalau Harga BBM Turun, Pertamina Minta Pengurangan Dividen

Safrezi Fitra
2 Oktober 2015, 18:20
BBM Subsidi
Arief Kamaludin|KATADATA

KATADATA - PT Pertamina (Persero) berharap kewajiban dividennya kepada pemerintah tahun ini dapat dikurangi. Hal ini sebagai kompensasi dari penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diminta Presiden Joko Widodo. 

"Kalau sebagai korporasi kami kan berharap boleh saja. Tapi itu kan keputusan pemegang saham," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, di Jakarta, Jumat (2/10).

Advertisement

(Baca: Turunkan Harga BBM, Pemerintah Tak Siapkan Anggaran untuk Pertamina)

Dwi mengatakan saat ini Pertamina masih menanggung kerugian akibat menjual BBM sebesar Rp 15,3 triliun. Meski harga minyak dunia sudah turun, faktor penentu harga BBM lain, yani nilai tukar rupian melemah. Makanya Pertamina masih menjual Premium dengan harga jual di bawah harga keekonomian. 

Saat ini pemerintah menetapkan harga Premium untuk wilayah di luar Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) masih sebesar Rp 7.300 per liter, dan di wilayah Jamali Rp 7.400 per liter. Sementara harga Solar juga tetap Rp 6.900 per liter. 

Padahal berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk periode per enam bulan maka harga Premium di  luar Jamali pada Oktober 2015 seharusnya Rp 8.300 per liter. Sedangkan harga Solar sebesar Rp 6.750 per liter.

Adapun untuk periode triwulan, harga Premium pada Oktober seharusnya Rp 7.900 per liter dan Solar menjadi Rp 6.250 per liter. Sementara itu untuk periode evaluasi satu bulan, harga Premium pada Oktober 2015 menjadi Rp 7.450 per liter dan harga Solar sebesar Rp 6.150 per liter.

Mengacu pada hasil evaluasi ini, Pertamina masih menanggung kerugian dari penjualan Premium. Meski mengaku masih menderita kerugian sebesar Rp 15,3 triliun dari penjualan BBM, ternyata secara keseluruhan bisnis Pertamina masih untung. Hingga akhir Agustus, Pertamina membukukan laba hingga Rp 10 triliun. "(Laba) itu sudah termasuk menghitung kerugian pertamina," ujar Dwi.

Halaman:
Reporter: Anggita Rezki Amelia, Arnold Sirait
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement