Kehadiran Bright Gas Pertamina Diklaim Menghemat Subsidi Elpiji Rp 5,2 Triliun
KATADATA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan subsidi elpiji untuk tabung gas tiga kilogram pada tahun depan akan berkurang hingga Rp 5,2 triliun. Penurunan subsidi pemerintah tersebut berkat kehadiran produk baru elpiji yang diluncurkan oleh PT Pertamina (Persero).
Hari Jumat ini (23/10), Pertamina resmi meluncurkan elpiji kemasan baru bertajuk Bright Gas. Ukurannya 5,5 kilogram sehingga harga jualnya tidak disubsidi pemerintah.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja optimistis produk baru Pertamina tersebut mampu menarik konsumen sehingga beralih dari konsumsi elpiji subsidi ke non-subsidi. Taksirannya, perpindahan konsumen itu mencapai 20 persen. Jadi, dengan dana subsidi elpiji rata-rata Rp 26 triliun per tahun, potensi penghematan subsidi berkat kehadiran Bright Gas mencapai Rp 5,2 triliun.
“Dana Rp 5,2 triliun itu bisa untuk membiayai pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan sebagainya," imbuh Wiratmaja saat acara peluncuran produk Bright Gas di Jakarta, Jumat (23/10). Agar target pengurangan subsidi itu tercapai dan penyebaran produk elpiji non-subsidi tersebut meluas, pemerintah meminta Bright Gas juga didistribusikan ke kota-kota besar selain Jakarta.
Di tempat yang sama, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, sampai akhir tahun ini Pertamina menargetkan penjualan Bright Gas mencapai 100 ribu tabung. Dengan begitu, berdasarkan hitungannya, dana subsidi untuk elpiji tiga kilogram bisa berkurang Rp 1,1 triliun pada akhir 2015. “Subsidi per kilogram (elpiji tiga kilogram) sekitar Rp 2.000,” katanya.
Pertamina membanderol harga Bright Gas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau toko retail sebesar Rp 66 ribu per tabung. Sedangkan pembelian tabungnya sekitar Rp 326 ribu per tabung.
(Baca: Luncurkan Pertalite, Pertamina Diminta Tetap Jual Premium)
Langkah Pertamina meluncurkan Bright Gas untuk menggiring konsumen elpjiji subsidi berpindah ke produk non-subsidi mirip dengan strategi penjualan bahan bakar minyak (BBM). Pada akhir Juli lalu, Pertamina meluncurkan produk baru BBM bernama Pertalite. Kala itu, banderol harga Pertalite Rp 8.400 per liter atau cuma lebih tinggi Rp 1.000 per liter dari harga Premium yang disubsidi oleh pemerintah. Namun, Pertalite lebih unggul karena berkadar oktan (RON) 90. Pertamina pun mengklaim, penjualan Pertalite sejauh ini tergolong tinggi dan berhasil menarik para konsumen BBM bersubsidi.