Ekonomi Melambat, Pengangguran Baru Naik 320 Ribu Orang
KATADATA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jumlah penduduk yang bekerja secara formal hingga Agustus lalu hanya 190 ribu dari 510 ribu kenaikan angkatan kerja. Dengan demikian, sekitar 320 ribu angkatan kerja baru tidak terserap. BPS menyatakan kondisi tersebut dipicu oleh kinerja industri yang menurun.
Dalam periode satu tahun (yoy), lembaga tersebut menghitung angkatan kerja naik dari 121,89 juta pada Agustus 2014 menjadi 122,4 juta pada dua bulan lalu. Sementara itu, penduduk yang bekerja hanya tumbuh 190 ribu dari 114,63 juta menjadi 114,8 juta. Efeknya, tingkat pengangguran terbuka naik dari 7,24 juta menjadi 7,56 juta, atau meningkat 6,18 persen.
Data tersebut memang beriringan dengan pelemahan ekonomi sejak awal tahun ini. Kinerja perusahaan tergerus sehingga melakukan aneka efisiensi pada pertengahan tahun. “Utamanya memang karena ada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pekerja baru yang tidak terserap,” kata Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Razali Ritonga di kantornya, Jakarta, Kamis, 5 November 2015.
Menurutnya, pemutusan hubungan kerja kebanyakan di sektor yang melakukan impor bahan baku. Perusahaan menghemat ongkos produksi dengan mengurangi tenaga kerja. Lebih-lebih ketika nilai tukar rupiah melemah yang berdampak pada biaya produksi. (Baca juga: Dua Tips Pengusaha Tekan Tingginya Pengangguran).
Sementara itu, data BPS juga memperlihatkan penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian turun 1,22 juta orang. Hal yang sama terjadi di sektor industri dan jasa kemasyarakatan, masing-masing turun 10 dan 480 ribu orang. Sebaliknya, sektor yang lain mengalami kenaikan, misalnya, konstruksi naik 490 ribu orang dan perdagangan meningkat 850 ribu pekerja. Begitu juga dengan sektor jasa keuangan naik 240 ribu. Adapun sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi tetap. “Di sektor pertanian ada pergeseran. Konstruksi naik. Makanya ada pertambahan pengangguran,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Kecuk Suharyanto.
Berdasarkan tingkat pendidikan, pengangguran tertinggi dialami oleh mereka yang hanya menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 12,65 persen. Di tempat kedua, pengangguran berasal dari lulusan Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, lalu Diploma III 7,54 persen, universitas 6,4 persen, dan Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen. Sedangkan jumlah lulusan Sekolah Dasar yang menganggur tercatat 2,74 persen.