BPDP Sawit Perkirakan Penyerapan Biodiesel Tahun Ini Lebih Rendah
KATADATA - Penyerapan biodiesel tahun ini diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Bayu Krisnamurthi memperkirakan, sampai akhir tahun ini penyerapan biodiesel hanya sekitar 800 ribu kiloliter. Padahal, penyerapan biodiesel tahun lalu mencapai 1,6 juta kiloliter.
Sejak awal Januari sampai 11 Desember lalu, penyerapan biodiesel bersubsidi sekitar 703 ribu kiloliter. Bayu memperkirakan, sampai akhir tahun nanti penyerapannya sebesar 775 ribu kiloliter. Sedangkan penyerapan biodiesel nonsubsidi sebesar 50 ribu kiloliter.
Salah satu penyebab rendahnya penyerapan tersebut adalah harga minyak mentah dunia yang terus menurun. Harga minyak mentah dunia yang saat ini di bawah US$ 37 per barel membuat selisih harga antara solar dan biodiesel semakin jauh. Bayu mengungkapkan, selisih antara solar dengan biodiesel sekitar Rp 2.600 per liter. "Makanya lebih murah pakai solar fosil daripada biosolar," katanya di Jakarta, Senin (14/12).
Selain harga minyak mentah dunia, salah satu penyebab rendahnya penyerapan biodiesel adalah tidak adanya subsidi dari pemerintah. Pemerintah baru membentuk dana sawit dan mulai mengucurkan dana sawit tersebut sejak September lalu.
(Baca: Gapki Prediksi Serapan Biodiesel Tahun Ini 20 Persen di Bawah Target)
Hingga saat ini dana sawit yang dihimpun oleh BPDP Sawit mencapai lebih dari Rp 5 triliun. Dana tersebut berasal dari 157 eksportir sawit. Sedangkan dana yang disalurkan untuk membayar subsidi biodiesel kepada PT Pertamina (Persero) Rp 140,9 miliar. Dana tersebut dibayarkan secara bertahap. Tahap pertama sudah dibayar pada November lalu sebesar Rp 27,9 miliar. Sementara tahap kedua dibayar pada 11 Desember lalu sebesar Rp 113 miliar. Lalu, tahap ketiga sebesar Rp Rp 105 miliar akan dibayar pekan ini dan tahap keempat Rp 246 miliar pada pekan kedua Januari 2016.
Bayu menyatakan, kebutuhan dana sawit tahun depan bakal lebih besar. Pasalnya, ada program mandatori B20 yang membutuhkan sawit sebesar 7 juta ton. Dari 7 juta ton sawit itu, yang akan disubsidi oleh BPDP hanya 3,6 juta ton sawit. "Kalau misalnya nilai subsidinya seperti sekarang, maka kami harus subsidi selisih harganya dengan selisih tahun ini sekitar Rp 7,5 triliun-Rp 8 triliun," katanya.
(Baca: Hingga Oktober, Pembayaran Subsidi Biodiesel Baru 8 Persen)
Dengan program tersebut diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor solar senilai Rp 36 triliun atau 15,5 persen dari nilai impor solar.Selain itu, program B20 diharapkan akan mengurangi emisi sebesar 9,4 juta sampai 16 juta ton CO2e (setara CO2) per tahun. Ini sejalan dengan hasil pertemuan konferensi tingkat tinggi soal perubahan iklim (COP 21) di Paris, Perancis, bulan lalu. Dalamk pertemuan itu, Presiden Joko Widodo menjanjikan Indonesia akan mengurangi emisi sampai 29 persen.
Tahun depan, Pertamina juga menargetkan dapat menyalurkan biodiesel sebanyak 5,14 juta kiloliter (kl) yang akan didistribusikan pada 63 terminal bahan bakar minyak (BBM) di 31 kota. Untuk solar bersubsidi sebanyak 402 juta kl dan solar nonsubsidi sebesar 1,12 juta kl.
Pemerintah akan memberikan sanksi kepada penyalur BBM yang tidak menjalankan kebijakan B20. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil pernah mengatakan, sanksi yang akan diterapkan adalah denda. Penyalur BBM akan dikenakan denda sebesar Rp 6.000 untuk setiap liter solar yang dijual tanpa dicampur kandungan minyak sawit sebesar 20 persen.