Karena Cabai, BI Revisi Perkiraan Inflasi Tahun Ini
KATADATA - Kenaikan signifikan harga cabai dan bawang merah membuat inflasi tahun ini diprediksi melebihi proyeksi Bank Indonesia sebesar 2,9 persen. Harga kedua komoditas pangan tersebut naik setengah kali lipat. Begitu pula dengan harga telor ayam yang melonjak di akhir tahun. Karena hal itu, bank sentral memperkirakan inflasi hingga akhir tahun lebih dari tiga persen.
Selain kenaikan harga pangan (volatile food) ini, proyeksi inflasi juga dipicu oleh naiknya tarif transportasi udara saat libur Natal dan tahun baru. “Kami lihat inflasi mungkin sedikit lebih tinggi dari tiga persen. Tadinya kami melihat ada di bawah tiga persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo usai Rapat Koordinasi (Rakor) di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis, 31 Desember 2015.
Meski begitu, prediksi inflasi ini masih sesuai target pemerintah empat persen plus minus satu persen. Meskipun, beberapa waktu lalu ada pula kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 1.300 dan 2.200 volt ampere (VA) per Desember 2015. (Baca: Efek Kenaikan BBM Hilang, BI: Inflasi di Bawah 3,6 Persen).
Di lain kesempatan, Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan kenaikan tarif transportasi udara saat Natal dan tahun baru semestinya baru berdampak pada awal 2016. Sedangkan dari sisi pangan, harga cabe dan bawang merah diakui memang meningkat. Begitu pun dengan beras umum atau medium. Meski begitu ia yakin inflasi masih di bawah empat persen.
“Beras kami hitung masih deflasi. Tapi beras umum masih sedikit meningkat. Bawang merah dan cabe rawit juga meningkat. Tapi kan inflasi dibentuk satu set komoditas,” ujar Suryamin. “Kami menduga (Desember) masih inflasi.” (Baca juga: Inflasi November Rendah karena Efek El Nino Kecil dan Daya Beli Lemah).
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan dilihat dari inflasi inti tercatat stabil. Artinya, tidak ada gejolak harga barang dan jasa di perdagangan. Inflasi datang dari gejolak harga pangan, utamanya cabai dan bawang merah yang naik lebih dari 50 persen. Dia menilai kenaikan kedua komoditas terjadi setiap liburan. Sebab, dari sisi produksi semestinya baru akan berkurang bila musim hujan. Sementara beberapa bulan ini terjadi kemarau.
“Yang paling tinggi inflasinya bawang merah dan cabai merah di atas 50 persen. Sampai pertengahan tahun, inflasinya sangat rendah itu cabai. Tapi baru di bulan-bulan akhir dia mulai meningkat agak cepat. Jadi keduanya selalu naik agak tinggi pada musim libur,” tutur Darmin. (Lihat pula: Pemerintah Berharap Penurunan Harga BBM Kerek Konsumsi Masyarakat).
Tahun depan, Darmin melanjutkan, inflasi kemungkinan masih meningkat. Hal itu disebabkan oleh bergesernya musim tanam dari Oktober menjadi November. Efeknya, hasil panen baru bisa dinikmati Desember hingga April. Untuk itu, ia melihat ada risiko kurangnya pasokan beras pada Februari sampai Maret. Kondisi ini bisa berpengaruh terhadap harga beras di awal tahun depan, dan inflasi secara keseluruhan.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memperkirakan inflasi Desember hanya sebesar setengah persen. Dengan begitu sepanjang tahun ini terjadi inflasi 2,9 persen. Sebab, inflasi bulan ini diperkirakan sekitar 0,5 persen sehingga inflasi hingga akhir tahun ini berkisar 2,9 persen.