Panik Bom Sarinah Mereda, Rupiah dan IHSG Turun Sedikit
KATADATA - Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) hanya sedikit terkoreksi meski para investor sempat dilanda kepanikan akibat ledakan bom di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis siang (14/1). Pemerintah menilai kekhawatiran investor tersebut hanya bersifat sementara karena fundamental makroekonomi Indonesia cukup kuat.
Sesaat setelah bom meledak, IHSG memang langsung anjlok ke level 4.484 pada pukul 11.00 WIB, atau lebih rendah 1,2 persen dari hari sebelumnya. Namun, memasuki sesi kedua perdagangan pada Kamis siang, kepanikan investor mereda. IHSG kembali bangkit hingga ditutup di level 4.513 atau turun 0,53 persen dibandingkan Rabu kemarin.
Penurunan IHSG tersebut sejalan dengan memerahnya mayoritas bursa saham utama di kawasan Asia Pasifik akibat kekhawatiran terhadap memburuknya kondisi perekonomian dunia. Indeks MSCI Asia Pasifik yang mecerminkan mayoritas saham di kawasan ini malah anjlok lebih dalam ketimbang IHSG, yaitu sebesar 1,21 persen. Begitu pula dengan indeks Nikkei di bursa Jepang, indeks Hang Seng di bursa Hong Kong dan indeks Straits Times di bursa Singapura yang masing-masing turun 2,46 persen; 0,59 persen; dan 1,93 persen.
Kecemasan yang melanda investor di pasar valuta asing juga bersifat sementara. Sesaat setelah bom meledak, rupiah langsung melemah 1 persen dibandingkan Rabu kemarin menjadi Rp 13.982 per dolar AS. Namun, memasuki sore hari rupiah mulai unjuk gigi sehingga bertengger di posisi Rp 13.907 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dari hari sebelumnya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai, pengaruh bom di kawasan Thamrin terhadap pasar saham dan mata uang hanya bersifat sementara. Meski sempat turun, ia yakin pelaku pasar akan kembali memperhatikan fundamental ekonomi Indonesia sebagai panduannya dalam berinvestasi. “Kejadian ini temporer. Yang penting kita punya fundamental makro yang kuat untuk mengembalikan kondisi yang temporer itu kembali normal,” katanya di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta.
Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Managemen Budi Hikmat juga berpandangan serupa. Dia memandang kebijakan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI rate pada Kamis ini lebih berpengaruh besar terhadap bursa saham dan nilai tukar rupiah. “Ini reaksi spontan saja. Kalau shoot first, ask later. Biasa saja itu.”
Langkah BI menurunkan suku bunga dan sentimen ledakan bom di Thamrin semestinya menjadi kesempatan bagi investor untuk masuk ke pasar. Pasalnya, penurunan BI rate menjadi 7,25 persen diyakini akan membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara pemerintah berkomitmen mendorong pembangunan infrastruktur, dengan menghimpun pembiayaan lebih dini sejak awal tahun ini.