Pemerintah Bahas Lima Peluang Investasi Migas dengan Iran
KATADATA - Pasca pencabutan sanksi internasional terhadap Iran sejak Januari lalu, pemerintah Indonesia langsung bergerak cepat. Kedua negara tengah membahas secara intensif peluang lima investasi di sektor minyak dan gas bumi (migas).
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan, pihaknya menggelar pertemuan dengan rombongan delegasi dari Iran selama dua hari mulai Selasa ini (23/2) di Bogor, Jawa Barat. Delegasi Iran tersebut terdiri dari Dirjen Migas Kementerian Energi Iran, perusahaan BUMN minyak dan perwakilan badan usaha Iran. “Kami akan bertemu secara bilateral working group utk mendiskusikan beberapa hal,” katanya di Jakarta, Senin malam (22/2).
Pemerintah kedua negara setidaknya membahas lima peluang investasi migas yang bakal saling menguntungkan. Pertama, investasi kilang minyak oleh Iran di Indonesia. Menurut Wiratmaja, pemerintah akan menawarkan pembangunan kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur atau di Arun, Aceh.
Kedua, jika Iran bersedia maka mereka dapat memasok langsung dari negaranya kebutuhan minyak untuk kilang baru tersebut. Dengan begitu, kerjasama pasokan minyaknya terikat kontrak jangka panjang.
(Baca: Sanksi Dicabut, Pemerintah Jalin Kerja sama Energi dengan Iran)
Ia mengaku belum mengetahui perkiraan kapasitas produksi dan lokasi kilang yang akan dibangun Iran di Indonesia. “Itu akan dibahas, kami akan rapat bilateral dua hari. Mereka juga berkunjung untuk melihat kilang-kilang kita,” katanya.
Yang jelas, kelebihan produksi minyak Iran yang siap diekspor ke luar negeri saat ini sekitar 2 juta barel. Sedangkan Indonesia masih membutuhkan pasokan minyak mentah dari luar negeri sekitar 350-400 ribu barel minyak per hari untuk kebutuhan kapasitas produksi kilang saat ini sebesar 600 ribuan barel per hari.
Ketiga, investasi storage atau tangki timbun sebagai bagian rencana pembangunan cadangan penyangga (buffer reserve) minyak. Sebab, Indonesia membutuhkan cadangan penyangga hingga 45 juta barel dalam 30 hari.
(Baca: Lelang Proyek Kilang Bontang Akan Dibuka Juni 2016)
Keempat, memasok gas elpiji ke Indonesia. Menurut Wiratmaja, Iran memiliki cadangan gas elpiji yang cukup besar sehingga bisa diekspor ke Indonesia dengan harga terjangkau. Karena itu, kelima, pemerintah juga melihat peluang investasi petrokimia.
Wiratmaja mengatakan, pemerintah akan mengajak badan usaha di dalam negeri untuk berinvestasi di Iran, seperti membangun pabrik pupuk. Salah satu BUMN yang akan dilibatkan adalah PT Pupuk Indonesia. Lalu, hasil produksinya dibawa ke Indonesia. “Jadi kerjasama (dengan Iran) dua arah.”
Selain itu, pemerintah berencana mendorong BUMN migas, seperti PT Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), untuk membuka peluang investasi sektor hulu migas di Iran. “Kami dorong BUMN membeli atau melakukan eksplorasi atau eksploitasi di hulu di Iran,” katanya.
Wiratmaja berharap, pertemuan selama dua hari tersebut dapat menghasilkan nota kesepahaman (MoU) antara pemerintah Indonesia dan Iran. Selain itu, nota kesepahaman antara badan usaha masing-masing negara secara business to business. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Teguh Pamudji mengatakan Iran akan berinvestasi di dua sektor di Indonesia. Yaitu di sektor kelistrikan dan sektor energi. Dari segi pendanaan, Iran memiliki potensi besar yang bermodal kuat.
(Baca: Masih Wacana, Saudi Aramco Belum Ajukan Izin Investasi ke BKPM)
Iran sebenarnya bukan negara pertama di Timur Tengah yang ingin digandeng pemerintah untuk bekerjama di sektor migas. Sebelumnya, pemerintah juga menjajaki kerjasama dengan pemerintah Arab Saudi untuk memasok minyak mentah dan membangun kilang minyak di dalam negeri. Saudi Aramco, BUMN minyak asal Arab Saudi, bahkan dikabarkan berencana membangun kilang di dalam negeri. Namun, hingga kini rencana itu tak jelas realisasinya.