Perhiasan dan Busana Jadi Jagoan Ekspor di Masa Depan
KATADATA - Harga komoditas ekspor jeblok seiring kejatuhan nilai minyak mentah dunia hingga sekitar US$ 35 per barel. Untuk mencari celah dari situasi lesu ini, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menyebutkan ada dua komoditas yang bisa menjadi andalan untuk menyumbang devisa dari ekspor: pakaian atau busana dan perhiasan.
Pernyataan Tom Lembong dilontarkan bukan tanpa alasan. Misalnya, dia merujuk pada angka ekspor perhiasan tahun lalu yang menyentuh US$ 5 miliar. Dari sisi pertumbuhan pun naik cukup fantastis hingga 20 persen per tahun. “Itu berarti naik dua kali lipat setiap 3,5 hingga 4 tahun. Hitung saja dari US$ 5 sampai 10 miliar, lalu ke US$ 20 miliar,” kata Tom saat berbincang dengan Katadata pekan lalu.
Karena itu, dia memprediksi dalam beberapa tahun ekspor perhiasan akan menyalip komoditas andalan seperti kelapa sawit. Untuk diketahui berdasarkan angka Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), nilai ekspor kelapa sawit sepanjang tahun 2015 lalu ada di angka US$ 18,6 miliar. (Baca: Kirim Batu Akik, Ekspor ke Swiss Melonjak).
Tom juga menyatakan perhiasan merupakan contoh sukses proses hilirisasi industri barang mentah. Di sini lebih banyak melibatkan pekerja dibandingkan sektor lain yang hanya mengandalkan harga komoditas seperti kelapa sawit. “Ini yang akan mengubah struktur ekspor dan juga perdagangan kita nantinya,” kata Tom.
Komoditas lain yang dianggap memiliki kans besar menjadi jagoan ekspor adalah pakaian jadi. Menurut Tom, mulai bergeraknya ekonomi Cina dari produksi ke konsumsi akan membuat Indonesia menjadi basis produksi. Secara bersamaan, masyarakat Indonesia dapat dikatakan menyukai hal-hal kreatif. (Lihat pula: Nasib Indonesia Dinilai Lebih Baik dari Negara Eksportir Komoditas).
Tom sempat menceritakan ketika dirinya menemani Presiden Joko Widodo bertemu dengan petinggi H&M yakni Helena Helmersson, ada juga pihak industri kreatif yang ikut, salah satunya adalah seniman asal Yogyakarta Eko Nugroho. Eko disebut Lembong merupakan pelukis berbakat yang karyanya bahkan dijadikan motif syal Louis Vuitton dengan banderol 1.000 Euro atau sekitar Rp 14,4 juta.
“Memang sulit untuk dibayangkan sekarang, tapi saya pikir industri itu akan menjadi raksasa 10 tahun dari sekarang,” kata Tom. (Baca: Ekonomi Dunia Lesu Ekspor Indonesia Jatuh).
Tom juga menyebut makanan dan minuman sebagai komoditas lain yang dapat diandalkan sebagai sumber devisa ekspor di masa mendatang. “Ini sama dengan di masa lalu di mana tidak ada orang yang menyangka batubara dan kelapa sawit akan menjadi besar,” katanya.