PGN Kesulitan Kerjasama Gas dengan Iran
KATADATA - Meski berpeluang besar merajut kerjasama gas dengan Iran, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tidak mau bersikap gegabah. Manajemen perusahaan gas pelat merah ini mengaku masih mempertimbangkan tawaran kerjasama yang disampaikan pemerintah Iran saat melawat ke Indonesia dua pekan lalu.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PGN Wahid Sutopo mengatakan, pihaknya masih menimbang potensi kerjasama dengan Iran. Pasalnya, meski Iran sudah bebas dari sanksi embargo, masih ada beberapa kendala yang dihadapi PGN, khususnya kerjasama di bidang gas. Yaitu, ketersediaan infrastruktur di negeri para mullah tersebut. “Kami belum tahu detail dari mereka (Iran). Kalaupun mau kerjasama gas, setahu saya Iran masih belum memiliki fasilitas pengolahan gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG),” kata dia kepada Katadata di Gedung Kementerian Perdagangan, Jumat (4/3).
(Baca: Iran Tawarkan 29 Blok Minyak ke Indonesia)
Lantaran ketidakjelasan tersebut, PGN saat ini memilih fokus mengoptimalkan aset yang ada. Ada beberapa aset yang bisa dioptimalkan. Di sektor hulu migas, PGN memiliki aset potensial yang belum optimal seperti Blok Sesulu di Kalimantan Timur. Blok yang dikelola oleh anak usaha PGN, yakni PT Saka Energi ini, memang belum berproduksi. (Baca: Ditawari Minyak Iran, Saka Energi Lebih Tertarik di Dalam Negeri)
Meski belum berproduksi, berdasarkan pengujian produksi yang dilakukan, blok ini bisa menghasilkan gas sebanyak 19 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), dengan cadangan gas sekitar 500 miliar kaki kubik (BCF). Saka juga tengah mencari mitra untuk menggarap proyek tersebut, dengan tawaran hak pengelolaan di Blok Sesulu sebesar 40 persen. Ada delapan investor yang menyatakan minatnya.
Selain Blok Sesulu, anak usaha PGN ini mengelola tujuh blok migas di Indonesia dan satu blok di Amerika Serikat. Pertama, di Blok Ketapang dengan kepemilikan 20 persen saham. Produksi minyak dan gas pada dari Lapangan Bukit Tua di Blok Ketapang dimulai pada Mei 2015. Operator blok adalah Petronas. Kedua, di Blok Bangkanai Kalimantan Tengah, Saka Energi memiliki 30 persen saham. Produksi gas dari lapangan Kerendan dengan operator Salamander ini, awalnya diperkirakan dimulai pada kuartal IV tahun lalu. Ketiga, di Blok Southeast Sumatera sebanyak 8,9 persen saham. Produksi utama adalah minyak yang berasal dari Lapangan Cinta dan Widuri. Adapun, operator blok ini adalah CNOOC.
(Baca: Pertamina Akan Pasok Kondensat ke Iran)
Keempat, Blok Muara Bakau sebanyak 11,7 persen saham. Lapangan Jangkrik dan Northeast Jangkrik di blok itu diperkirakan mulai berproduksi pada kuartal IV tahun depan. Operator blok ini. adalah ENI. Kelima, di Blok West Bangkanai Saka sebanyak 30 persen saham. Operator blok ini adalah Salamander Energy. Keenam, di Blok Muriah yang berada di lepas pantai utara Jawa Timur, sebanyak 20 persen saham. Produksi gas pertama dari blok ini pada Agustus 2015 dari Lapangan Kepodang, dengan operatornya Petronas. Terakhir adalah Blok Pangkah, Saka memiliki kepemilikan saham sebanyak 100 persen. Atas dasar itulah PGN, lebih memilih untuk mengkosolidasikan aset yang dimiliki di dalam negeri. “Kami fokus dulu optimalisasi aset yang ada,” kata Wahid.