Tiga Bank Besar Pemerintah Akan Tambah Utang ke Cina

Muchamad Nafi
15 Maret 2016, 21:05
Dolar
Arief Kamaludin|KATADATA
Dolar KATADATA | Arief Kamaludin

KATADATA - Dengan dalih ingin mencukupi pendanaan proyek-proyek infrastruktur, tiga bank besar pemerintah akan mengajukan pinjaman kembali kepada Bank Pembangunan Cina (China Development Bank/CDB). Padahal dengan alasan serupa, tiga bank tersebut -Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, dan Bank Mandiri- sudah mendapat utang dari CDB senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40 triliun pada pertengahan September tahun lalu.

Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan ketiga bank tersebut sedang bernegosiasi dengan CDB. Pembahasan berkisar mengenai bunga yang lebih rendah, mengingat beberapa bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan hingga negatif. Dana pinjaman tersebut untuk membiayai pembangunan infrastruktur sepanjang lima tahun ke depan yang diperkirakan mencapai Rp 5.500 triliun. Sebab, likuiditas yang tersedia di dalam negeri hanya Rp 400 - 500 triliun. (Baca: Cina Beri Utang Rp 40 Triliun untuk Tiga Bank BUMN).

Advertisement

“Jumlahnya belum pasti. Tetapi kebutuhan (untuk infrastruktur) itu ada. Kami baru bicara terkait penambahan itu,” kata Asmawi usai rapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan, Jakarta, Selasa, 15 Maret 2016. Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) itu masih menghitung secara pasti kebutuhan pembangunan infrastruktur tahun ini.

Upaya pinjaman ini sebenarnya memicu kontroversi pada tahun lalu. Ketika itu, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas membantah isu yang menyebutkan pemerintah menjaminkan ketiga bank pelat merah ini untuk mendapatkan dana tersebut. Pinjaman yang ditandatangani pada 16 September 2016 bersifat business to business. “Ini kan hoaxNggak mungkin sahamnya jadi milik Cina, kalau pun kami nggak bisa bayar,” kata Rohan kepada Katadata. (Baca: Ini Alasan Tiga Bank BUMN Pinjam Dana dari Cina).

Menurut dia, bank asal Cina itu memberi syarat bahwa pinjaman ini untuk pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana besar dan berjangka panjang. Misalnya, untuk membangun pembangkit listrik program 35 giga watt (GW) yang total kebutuhannya mencapai Rp 1.200 triliun dalam lima tahun. Maka per tahunnya mencapai Rp 240 triliun.

Sayang, begitu waktu berjalan, uang yang sudah masuk ke bank-bank tersebut sebagia besar malah tidak disalurkan untuk proyek infrastruktur. Sebagian malah lari ke industri manufaktur. Namun perusahaan yang menerima merupakan nasabah lama tiga bank tersebut, sehingga pinjaman ini menjadi pembiayaan kembali atau refinancing. (Baca: Utang Bank BUMN dari Cina Banyak Mengalir ke Sektor Manufaktur).

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement