Investor Arab Lirik Kawasan Wisata Mandalika dan Tanjung Lesung
KATADATA - Pemerintah tengah memacu pengembangan kawasan wisata untuk menarik para pemodal asing dan menambah devisa negara. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengaku telah menerima pernyataan minat dari investor Timur Tengah untuk menanamkan modal di sektor pariwisata. Minat investasi tersebut disampaikan kepada kantor perwakilan BKPM di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab.
Lokasi yang dipilih adalah Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Nusa Tenggara Barat dan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, Banten. Menurut Kepala BKPM Franky Sibarani, minat investasi dari investor Timur Tengah di sektor pariwisata menunjukkan bahwa pengembangan potensi pariwisata di Indonesia masih terbuka sangat lebar.
Ia pun menilai, investor Timur Tengah memiliki kapasitas untuk melakukan investasi. Hal itu ditandai dengan keberadaan satu-satunya aliansi global investor real estate dan perhotelan yang memiliki 78 anggota, yang terdiri dari para investor institusi, pengusaha perhotelan dan manajemen aset, antara lain Host Hotels & Resorts serta Blackstone. Perkiraan total asetnya mencapai US$ 80 miliar.
Adapun pemilihan Kawasan Mandalika dan Tanjung Lesung menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah memfokuskan dua kawasan ekonomi tersebut sebagai klaster pariwisata telah menuai respons positif dari investor. Apalagi, pemerintah memang ingin menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas yang meningkat realisasinya investasinya. Dengan begitu, turut mendukung pencapaian target investasi nasional tahun ini sebesar Rp 594,8 triliun.
“Dengan masuknya minat investasi dari Timur Tengah ini diharapkan dapat berkontribusi secara positif terhadap upaya pemerintah mendorong investasi di sektor pariwisata,” ujar Franky dalam siaran pers BKPM, Selasa (22/3).
(Baca: Indonesia Lawan Malaysia dan Amerika Berebut Investasi Cina)
BKPM bakal terus melakukan pemasaran investasi untuk menyampaikan berbagai informasi mengenai reformasi kebijakan. Di antaranya terkait dengan kemudahan layanan investasi 3 jam, penerapan formulasi pengupaha, memangkas biaya bahan bakar minyak (BBM), gas dan listrik. Selain itu, pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) beberapa bidang usaha, penghilangan pajak ganda properti dan infrastruktur, serta revisi daftar bidang usaha dengan memperluas kepemilikan saham asing menjadi 100 persen khususnya di bidang pariwisata.
(Baca: Terkendala Lahan, 5 Kawasan Ekonomi Belum Siap Beroperasi)
Tak cuma itu, tim pemasaran investasi BKPM juga menjelaskan beragam insentif investasi untuk menarik pemodal asing, seperti tax holiday, tax allowance, dan import duty facility. Termasuk insentif khusus untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di bidang pariwisata seperti Mandalika, Lombok dan Tanjung Lesung.
Sementara itu, Pejabat Promosi Investasi kantor perwakilan BKPM (IIPC) di Abu Dhabi Agus Prayitno mengemukakan, pihaknya siap mengawal minat investasi yang disampaikan oleh investor Timur Tengah tersebut. “Kami akan bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata, PT Indonesia Tourism Development Corporation (PT ITDC) dan PT Banten West Java Tourism Development (PT BWJTD) untuk mengawal minat investasi tersebut,” katanya.
Secara lebih rinci, dia mengungkapkan, investor Timur Tengah yang telah berinvestasi di Nusa Dua, Bali dan sedang membangun hotel di KEK Mandalika juga digandeng untuk dapat menyampaikan testimoni. “Mereka menyatakan bahwa tidak ada permasalahan dengan lahan dan perpanjangannya di Nusa Dua serta menjaminnya. Selain itu tidak ada keraguan sedikitpun tentang isu lahan dan perpanjangannya di Indonesia,” kata Agus.
(Baca: Pariwisata Dibuka Bagi Asing, Darmin: Pengusaha Jangan Takut Kehabisan)
Selama ini negara-negara Timur Tengah masih berada di papan tengah daftar peringkat negara-negara yang menanamkan modalnya di Indonesia. Merujuk data rencana investasi yang dirilis BKPM periode Januari-Desember 2015, Iran menempati peringkat ke-8 dengan nilai rencana investasi Rp 50 triliun dan Yordania di peringkat ke-16 dengan nilai investasi Rp 3,3 triliun Sedangkan Uni Emirat Arab berada di peringkat-19 dengan nilai rencana investasi Rp 2,5 triliun dan Arab Saudi menempati peringkat ke-22 dengan nilai Rp 1,6 triliun.
Padahal, Timur Tengah merupakan salah satu prioritas pemasaran investasi BKPM pada tahun 2015. Negara prioritas lainnya adalah Singapura, Jepang, Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, Australia, Taiwan, Timur Tengah, Malaysia dan Inggris.