Kementerian ESDM Minta ConocoPhillips Tak Setop Kilang Belanak
Rencana ConocoPhillips untuk menghentikan produksi elpiji di Kilang Belanak tampaknya mendapat penolakan dari pemerintah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta perusahaan tersebut membatalkan rencana penutupan produksi kilang ini.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja memahami alasan perusahaan asal Amerika Serikat itu untuk menutup kilang belanak karena sudah tidak ekonomis. Namun, pemerintah khawatir jika kilang tersebut tidak lagi berproduksi, maka impor elpiji akan melonjak.
“Jadi kalau bisa tidak perlu ditutup, biar tidak menambah impor elpiji,” kata dia saat berdiskusi dengan wartawan di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (8/4). (Baca: ConocoPhillips Setop Produksi, Pertamina Tambah Impor Elpiji)
PT Pertamina (Persero) mencatat konsumsi elpiji tahun lalu mencapai 7 juta ton. Jawa Barat menjadi provinsi yang menyerap paling besar. Tahun ini konsumsi elpiji diperkirakan meningkat hingga 7,8 juta ton, dengan rincian 6,6 juta ton elpiji bersubsidi dan 1,2 juta ton nonsubsidi. Dengan kebutuhan ini, Pertamina mengimpor hampir 60 persen elpiji untuk dalam negeri.
Menurut Wiratmaja, produksi elpiji dari kilang Belanak sangat dibutuhkan untuk mengurangi impor. Makanya, pemerintah terus mengupayakan agar kilang ini tetap berproduksi. Kementerian ESDM juga akan terus berdiskusi dengan ConocoPhillips mengenai hal ini.
Agar rencana penutupan kilang ini batal, pemerintah akan membantu meringankan beban kontraktor. Salah satunya dengan menyiapkan insentif yang dibutuhkan. Tujuannya agar produksi elpiji di kilang tersebut menjadi ekonomis. Apalagi harga minyak mentah dunia saat ini juga sedang tidak baik. (Baca: Jika Produksi Terus Turun, Pertamina Batal Ambilalih Kilang Belanak)
Sebenarnya Pertamina juga berminat untuk mengambil alih Kilang Belanak, untuk mengurangi impor. Mengingat selama ini Pertamina yang membeli hasil produksi produksi elpiji dari kilang tersebut. Perusahaan minyak negara tersebut saat ini sedang mengkaji keekonomiannya. Meski demikian, Wirat enggan mengomentari rencana ini. Alasannya sampai sekarang kilang tersebut masih dikelola oleh ConocoPhillips.
ConocoPhillips memang sudah menyampaikan rencananya untuk tidak lagi memproduksi gas elpiji di Kilang Belanak. Penutupan kilang ini dilakukan karena dianggap sudah tidak ekonomis lagi. Alasannya kilang ini dinilai sudah tidak ekonomis lagi. Kilang ini mampu memproduksi elpiji sekitar 10 ribu metrik ton. Pasokannya bahan bakunya berasal dari Lapangan Blok B South Natuna.
Setelah tidak lagi memproduksi elpiji, ConocoPhillips hanya menjual gas alam dari Blok B South Natuna. Gas ini akan diekspor ke Malaysia dan Singapura. Berdasarkan informasi di situs resmi ConocoPhillips, produksi bersih Blok B tahun 2014 sebanyak 5.000 barel minyak mentah per hari (BPD), 117 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 4.000 barel per hari kondensat. (Baca: SKK Migas Setuju, ConocoPhillips Lelang Pembongkaran Kilang Belanak)
Saat ini ConocoPhilips masih melakukan lelang untuk membongkar fasilitas pengolahan yang berada di kapal atau Floating Production Storage and Offloading (FPSO). Penawaran lelang ini sudah dibuka sejak pertengahan November 2015. Namun Manager External & Corporate Communications ConocoPhillips Indonesia Diarmila Sutedja tidak mau berkomentar banyak mengenai hal tersebut. " Proses masih berjalan," ujarnya kepada Katadata beberapa waktu lalu.