Survei BI: Kuartal II, Sektor Manufaktur Mulai Ekspansi Usaha

Yura Syahrul
Oleh Yura Syahrul - Ameidyo Daud Nasution
12 April 2016, 11:55
Pabrik minum
Arief Kamaludin|KATADATA

Setelah dilanda kelesuan dalam beberapa kuartal terakhir, sektor usaha di dalam negeri diperkirakan bakal mulai menggeliat pada kuartal II tahun ini. Ekspektasi terhadap kondisi perekonomian yang membaik, telah mendorong para pengusaha melakukan ekspansi. Harapannya, ekspansi usaha dan investasi ini dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi, yang belakangan ini lebih banyak mengandalkan belanja dan investasi pemerintah.

Perkiraan tersebut setidaknya tecermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha kuartal I-2016 oleh Bank Indonesia (BI), yang dilansir Senin (11/4). Hasil survei terhadap 2.964 perusahaan pada 40 kota di Indonesia itu menunjukkan, kegiatan usaha pada kuartal I tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal itu terlihat dari nilai Saldo Bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada kuartal I sebesar 5,8 persen, lebih tinggi dari kuartal IV-2015 yang sebesar 3,02 persen.

Kegiatan usaha pada sebagian besar sektor mengalami ekspansi, terutama sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan. Selain itu, sektor real estate, pertanian, peternakan, dan konstruksi, mencatatkan ekspansi.

Ekspansi kegiatan usaha tersebut diperkirakan masih berlanjut pada kuartal II ini, bahkan jauh lebih tinggi dengan nilai SBT sebesar 18,29 persen. Ini merupakan nilai SBT realisasi dan perkiraan kegiatan usaha sejak kuartal II-2013.

Lebih menarik lagi adalah ekspansi itu terutama terjadi pada sektor industri pengolahan atau manufaktur sebesar 3,95 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 2,47 persen. Padahal, pada kuartal pertama tahun ini, dua sektor usaha tersebut mengalami kontraksi, masing-masing minus 0,77 persen dan minus 0,48 persen.

(Baca: Indonesia Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Asia)

Berdasarkan subsektor, ekspansi usaha pada industri pengolahan diperkirakan terutama terjadi pada industri makanan, minuman dan tembakau. Selain itu, industri tekstil, barang kulit dan alas kaki. Ekspansi usaha ini didorong oleh permintaan yang meningkat, khususnya dari dalam negeri, dan didukung oleh ketersediaan sarana produksi yang memadai serta faktor musiman.

Sementara itu, ekspansi usaha pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan terjadi pada subsektor perdagangan dengan nilai SBT sebesar 1,57 persen. Mayoritas pengusaha yang menjadi responden menyebutkan, ekspansi tersebut didorong oleh peningkatan penjualan sejalan dengan permintaan dalam negeri yang naik seiring tibanya bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri.

(Baca: Utang Bank BUMN dari Cina Banyak Mengalir ke Sektor Manufaktur)

Selain sektor penggalian dan pertambangan, Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistyowati mengatakan, secara umum ekspektasi pelaku usaha pada kuartal II terlihat positif. "Kegiatan ekonomi dan usaha akan memperlihatkan arah perbaikan secara ekspektasi," katanya. Karena itulah, para pelaku usaha mulai melakukan ekspansi bisnisnya.

Rencana ekspansi usaha itu sejalan dengan peningkatan penggunaan kapasitas produksi secara rata-rata. Hasil survei menunjukkan, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada kuartal I-2016 sebesar 75,75 persen, meningkat dibandingkan 75,23 persen pada kuartal IV-2015. Peningkatan tersebut terjadi pada mayoritas sektor, terutama sektor listrik, gas dan air bersih yang secara rata-rata naik dari 80,88 persen menjadi 83,98 persen.

Peningkatan kegiatan usaha itu juga didukung oleh kondisi likuiditas dan rentabilitas perusahaan. SBT kondisi likuiditas perusahaan pada kuartal I lalu sebesar 34,75 persen, meningkat dari 28,7 persen pada kuartal IV-2015. Sedangkan kemampuan perusahaan mencetak laba (rentabilitas) meningkat, tercermin dari SBT sebesar 31,88 persen, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 28,99 persen.

(Baca: Cina Melemah, Industri Manufaktur Indonesia Berpeluang Meningkat)

Dari sisi pembiayaan, dunia usaha menilai akses kredit perbankan relatif lebih mudah dibandingkan kuartal terakhir tahun lalu. Nilai SBT akses kredit pada kuartal I-2016 sebesar 6,77 persen, meningkat dibandingkan 2 persen pada kuartal sebelumnya.

Peningkatan kegiatan usaha turut berdampak pada tingkat penggunaan tenaga kerja. Hal itu terlihat dari SBT penggunaan tenaga kerja pada kuartal I lalu yang sebesar 1,94 persen. Padahal, pada kuartal IV-2015 mengalami kontraksi sebesar minus 1,94 persen. Peningkatan penggunaan tenaga kerja terjadi pada mayoritas sektor, terutama sektor jasa-jasa, sektor keuangan, real estate, pertanian, peternakan, dan perikanan.

Pada kuartal II ini, SBT penggunaan tenaga kerja diperkirakan terus meningkat menjadi sebesar 5,58 persen. “Tapi sektor tambang masih memperlihatkan angka ekspektasi lapangan kerja yang negatif,” ujar Hendy.

Perlambatan ekonomi global memang turut menyeret perekonomian Indonesia. Pada tahun lalu, ekonomi di dalam negeri cuma tumbuh 4,79 persen, yang lebih ditopang oleh pengeluaran belanja pemerintah pada paruh kedua 2015. Sedangkan belanja rumahtangga dan investasi swasta menurun lantaran rendahnya daya beli.

(Baca: Belanja Modal Akan Dorong Ekonomi Kuartal I Tumbuh Lebih 5 Persen)

Di awal tahun ini, pemerintah juga mempercepat pengeluaran untuk memompa pertumbuhan ekonomi.  Menteri Bambang Brodjonegoro menyatakan, belanja modal hingga minggu ketiga Maret sudah mencapai Rp 8 triliun. Harapannya, sektor swasta akan terpacu untuk meningkatkan investasinya seiring dengan membaiknya konsumsi rumah tangga. “Kuartal satu memang kondisinya (ekonomi) slow, tapi sesudahnya akan lebih kencang. Kalau pemerintah sudah spending cukup besar, biasanya swasta akan tertarik,” katanya, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Bidang Moneter dan Ekonomi BI Juda Agung pernah menyatakan, tingginya realisasi belanja modal pemerintah akan mendongkrak investasi swasta. Sebab, biasanya sektor industri akan menggenjot produksi jika konsumsi masyarakat dan ekspor membaik. Pengusaha senantiasa mengikuti permintaan di dalam dan luar negeri. Karena itulah, BI optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu, dengan taksiran di atas 5,2 persen.

Senior Ekonom Bank Pembangaunan Asia atau Asia Development Bank (ADB) untuk Indonesia Priasto Aji juga memperkirakan, belanja pemerintah akan meningkatkan investasi swasta pada paruh kedua 2016. Selain itu, didukung oleh bunga kredit yang menurun dan perbaikan iklim investasi. Alhasil, dia juga yakin ekonomi tahun ini bisa tumbuh 5,2 persen.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...