BP Turunkan Harga, PLN Borong Gas Tangguh Train 3
BP Berau dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akhirnya sepakat melakukan amandemen Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dari kilang Tangguh. Dalam amandemen tersebut, PLN memborong lebih dari setengah produksi Train 3 Tangguh.
Penandatanganan amandeman PJBG dilakukan kedua perusahaan, hari ini. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyaksikan penandatanganan tersebut dan langsung menetapkan persetujuan untuk mengubah PJBG yang telah disepakati pada 17 Oktober 2014. Dia mengatakan amandemen kontrak bertujuan untuk mengamankan pasokan gas pembangkit berbahan bakar gas untuk jangka waktu yang panjang.
"Kepastian pasokan bahan bakar gas bagi pembangkit listrik memerlukan tindakan cepat. Jangan sampai terjadi defisit," ketika memberikan sambutannya di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/4). Gas dari Tangguh ini nantinya bisa digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Arun yang memiliki kapasitas 184 megawatt (MW), PLTGU Belawan (800 MW), dua blok PLTGU Muara Karang (1.300 MW), dan tiga blok PLTGU Priok berkapasitas 2.000 MW. (Baca: SKK Migas Usulkan Opsi Ekspor LNG Tangguh Train 3)
Sudirman memperkirakan pembongkaran (unloading) kargo pertama hasil penandatangan PJBG ini dilakukan pada 17 April 2016. Dalam perjanjian ini, pasokan gas dari kilang Tangguh ke PLN akan meningkat secara bertahap sejak dimulainya pengiriman pertama hingga 2033. Rinciannya adalah Periode I, yakni sampai 31 Desember 2016 ada 12 kargo. Periode II, 1 Januari 2017 sampai 31 Desember 2019, sebanyak 20 kargo per tahun. Periode III, 1 Januari 2020 sampai 31 Desember 2033, pengiriman hingga 44 kargo per tahun.
Dalam PJBG sebelumnya tercatat BP Indonesia akan memasok gas alam cair (LNG) sebanyak 1,5 juta ton tiap tahun (MTPA) mulai 2015 sampai 2033. Pasokan LNG ini akan dimulai dari dua train Kilang Tangguh yang sudah ada. Kontrak ini berisi komitmen Tangguh LNG untuk memasok 40 persen hasil produksi Train 3 per tahun kepada PLN, sebagai penyerap utama di pasar dalam negeri. Selain PLN, gas dari train 3 juga dibeli oleh perusahaan asal Jepang, Kansai Electric Power, sebanyak 1 juta ton per tahun atau sekitar 25 persen dari produksi. (Baca: Dicari: Pembeli LNG Tangguh Train 3 Secepatnya)
Menurut Sudirman, amandemen PJBG ini tidak akan mengubah kewajiban BP Berau untuk menyampaikan hasil studi penyediaan gas bagi industri pupuk di kawasan Teluk Bintuni sebesar 180 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Dengan begitu, pemerintah bisa memberikan kepastian untuk industri hulu migas untuk komitmen pembeli jangka panjang. Apalagi saat ini kondisi pasar LNG sedang kelebihan pasokan, sehingga pembeli lebih memilih untuk membeli dengan kontrak jangka pendek.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan dengan penandatanganan ini 75 persen dari total produksi yang diperkirakan 3,8 mtpa sudah terjual. Adanya amandemen PJBG ini, tambahan pendapatan negara dari penandatanganan ini diperkirakan mencapai US$ 7,9 miliar. PLN kata Wirat juga mendapat keuntungan karena BP Indonesia menurunkan harga gasnya. Penghematan bagi PT PLN (Persero) hingga Rp2 triliun per tahun. (Baca: Kawasan Industri Teluk Bintuni Terganjal Pasokan Gas Tangguh)
Setelah proses ini, tahap berikutnya adalah penyelesaian keputusan final investasi atau Final Investment Decision (FID), yang ini ditargetkan selesai pertengahan tahun ini. ”Semoga waktu Presiden ke London bisa segera komitmen FID,” ujarnya. Kalau semua rencana berjalan mulus, Train 3 bisa mulai beroperasi pada pertengahan 2020 mendatang.