Mundur Lagi, Investor Kilang Tuban Dipilih Akhir April

Anggita Rezki Amelia
19 April 2016, 21:35
Kilang Minyak
KATADATA

PT Pertamina (Persero) hingga kini belum memutuskan investor yang akan menjadimitranya untuk membangun kilang minyak di Tuban. Padahal, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi ini pernah menargetkan pengumuman investor kilang tersebut pada akhir Februari lalu.

Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengaku belum mengumumkan investor Kilang Tuban karena Pertamina masih mempertimbangkan banyak hal. Meski begitu, dia optimistis seluruh proses seleksi calon mitra Pertamina untuk membangun kilang minyak itu bakal rampung akhir April ini. "Ini untuk investasi yang sangat besar sekitar US$ 12 miliar, ini tidak main-main," kata dia seusai rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Selasa (19/4). 

Saat ini, Pertamina masih melakukan uji tuntas (due diligence) terhadap lima calon investor Kilang Tuban. Kebetulan, semuanya berasal dari luar negeri: Saudi Aramco dari Arab Saudi, Kuwait Petroleum Inc dari Kuwait, Sinopec asal Cina, Rosneft dari Rusia, dan konsorsium Thai Oil Thailand dan PTT GC Thailand. (Baca: Investor Kilang Tuban Diumumkan Dua Pekan Lagi)

Menurut Rachmad, pembangunan Kilang Tuban paling cepat akan memakan waktu empat tahun. Jika sesuai rencana, kilang tersebut bisa selesai pada 2021. Kapasitas Kilang Tuban sebesar 300 ribu barel per hari (bph). Setelah rampung, kilang ini nantinya akan diintegrasikan dengan pengembangan kilang TPPI.

Jika mengacu Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksaan Proyek Strategis Nasional, Kilang Tuban termasuk 30 proyek infrastruktur strategis nasional. Kilang ini akan dibangun di atas lahan milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pembangunannya menggunakan skema penugasan yaitu kepada Pertamina. Pembiayaannya bisa sepenuhnya dari Pertamina atau bekerjasama dengan badan usaha lain. (Baca: Investor Dijanjikan Untung Besar dari Kilang Tuban)

Selain Kilang Tuban, Pertamina akan membangun kilang baru di Bontang. Pembangunan kilang di Kalimantan Timur ini diharapkan selesai 2023. Nilai investasinya mencapai US$ 14 miliar, dengan kapasitas produksi sebesar 300 ribu barel per hari. Berbeda dengan Kilang Tuban, kilang di Bontang akan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Meski merupakan kerjasama pemerintah dan swasta, Pertamina pun dilibatkan sebagai penanggung jawab proyek kerjasama tersebut. Pertamina bertugas melakukan perencanaan, mencari badan usaha pelaksana, serta penyiapan dan penandatanganan transaksi kerjasama. 

Tidak hanya membangun kilang baru, Pertamina juga tengah menggarap proyek peningkatan kapasitas kilang atau Refining Development Masterplan Program (RDMP) di Cilacap, Dumai, Plaju, Balongan. dan Balikpapan. Dengan adanya proyek kilang tersebut, diharapkan mampu memenuhi swasembada energi. Alhasil, Indonesia tidak lagi mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 2025. (Baca: Impor BBM Bisa Teratasi Dengan Menghilangkan Pemburu Rente)

Untuk proyek RDMP Cilacap, produksi BBM jenis Premium telah meningkat sejak pengoperasian fasilitas Residual Fuel Catalytic Cracking (RFCC). Sebelumnya, produksi Premium dari Kilang Cilacap sebanyak 61 ribu barel per hari. Dengan beroperasinya RFCC, produksi dari Kilang Cilacap akan menjadi 91 ribu barel per hari atau naik 30 ribu barel per hari. 

Fasilitas Kilang Cilacap ini juga bisa memproduksi bensin oktan tinggi atau HOMC (High Octane Mogas Component) sekitar 37 ribu barel per hari. Sebelumnya Kilang Cilacap belum mampu memproduksi produk ini. Sebagian besar produksi HOMC itu diproses lebih lanjut menjadi Premium. Selain memproduksi HOMC, RFCC Cilacap juga akan meningkatkan produksi LPG dari Kilang Cilacap menjadi 1.066 ton per hari dan produk baru propylene sebanyak 430 ton per hari.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...