Startup Busana Indonesia Shopious Gulung Tikar

Maria Yuniar Ardhiati
26 April 2016, 09:59
eCommerce
Donang Wahyu|KATADATA
Seorang pria berbelanja barang elektronik di salah satu situs on line, Kamis (17/12).

Salah satu perusahaan startup e-commerce Indonesia, Shopious, resmi ditutup Senin (25/4). Perusahaan tersebut merupakan agregator bagi toko-toko fashion berbasis Instagram. Tutupnya Shopious menjadi pelajaran berharga bagi para pendirinya, yaitu Aditya Herlambang dan Billy Halim, juga tim mereka.

Sejak mendirikan Shopious pada 2013, mereka ingin membuktikan startup Indonesia memiliki potensi di pasar e-commerce. Namun kenyataan berkata lain. Menurut Aditya, perusahaan ini berhenti menarik pungutan dari para pelanggannya pada Februari silam dan mulai menekan kegiatan operasionalnya.

Advertisement

Setelah dua tahun menjajal konsep ini, Aditya mengakui belum ada kenaikan pengunjung maupun penjualan secara signifikan. “Kami memutuskan untuk menutup usaha ini. Kami mulai kehabisan uang dan tidak bisa menemukan pendanaan di masa depan, meski masih mendapatkan modal dari bank selama satu hingga satu setengah tahun mendatang,” kata Aditya seperti dikutip Tech in Asia, kemarin.

Ide yang ditawarkan Shopious sebenarnya sederhana. Para penjual produk busana berskala kecil di Instagram diundang mendaftarkan diri ke Shopious dengan membayar sejumlah biaya agar konten mereka dapat diintegrasikan dengan situs Shopious. Startup e-commerce ini menjanjikan jumlah pengunjung serta angka penjualan yang lebih besar bagi mereka, pengguna layanan Shopious.

Setiap foto yang diunggah para penjual di Instagram otomatis terpasang di situs Shopious. Sehingga, para penjual tidak perlu menggunakan situs terpisah untuk memperbarui foto maupun data barang dagangan. Meski demikian, Shopious tidak menyediakan fasilitas transaksi pembayaran. Oleh karena itu, penjual dan pembeli tetap harus berinteraksi secara langsung. (Lihat Grafik: 5 E-Commerce Terpopuler Indonesia).

Dalam blognya, Aditya menceritakan masalah yang dihadapi Shopious melalui tulisan berjudul "Saya Pulang dari Silicon Valley dan Membangun Startup yang Gagal" (I returned home from Silicon Valley and built a failed startup). Pertama, membengkaknya biaya untuk menjalankan akuisisi. Dengan membebankan biaya kepada penjual produk yang menggunakan layanan Shopious, startup ini harus memenuhi janjinya dalam mendongkrak angka penjualan.

Ia menyebut sudah ada ratusan toko yang ingin membayar. “Kami memakai semua uang dari penjual untuk meningkatkan trafik dan jumlah calon pembeli agar mengunjungi situs kami melalui berbagai jalur, termasuk search engine optimization (SEO), search engine marketing (SEM), iklan di Facebook, dan SMS,” kata Aditya. Masalahnya, biaya pemasaran ini selalu naik. Hanya startup dengan pendanaan terjaminlah yang mampu membayarnya. Dampaknya, harga pemasangan iklan ikut meroket. (Baca: Geliat E-commerce Akan Gairahkan Industri Properti)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement