CNOOC Akan Jual Hak Kelola Blok South East Sumatera
China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) berencana melepas seluruh hak kelolanya di Blok South East Sumatera. Keputusan tersebut diambil perusahaan minyak dan gas bumi asal Cina ini lantaran kontraknya akan segera berakhir.
Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z. Yunus mengatakan kontrak Blok South East Sumatera berakhir tahun 2018. Dengan masa kontrak yang cuma tersisa sekitar dua tahun lagi, CNOOC menganggap hak pengelolaannya lebih baik dijual kepada pihak lain ketimbang tidak mendapatkan apapun ketika kontrak berakhir. “Kalau dia mau menghasilkan uang lebih banyak why not (kenapa tidak),” katanya kepada Katadata beberapa hari lalu. (Baca: Harga Anjlok, Investasi Migas Rontok)
Selain itu, CNOOC melihat peluang menjadi operator di Blok South East Sumatera pasca berakhirnya kontrak tahun 2018, terhitung kecil. “CNOOC tidak yakin bisa jadi operator dan juga blok ini akan diambil Pertamina,” ujarnya.
Untuk memuluskan rencana penjualan hak kelola itu, CNOOC telah merampungkan proses uji tuntas atau due diligence. Saat ini, mereka sedang memfinalisasi penentuan harga yang ditargetkan rmpung pekan depan.
Dalam memilih calon pembeli, CNOOC memiliki beberapa kriteria. Mereka tidak ingin hak pengelolaannya jatuh ke perusahaan dari luar Indonesia. CNOOC memberikan kesempatan yang besar kepada perusahaan nasional, terlebih kepada mitranya yakni Pertamina (Persero). “Itu maunya CNOOC,” ujar Yunus.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), selain sebagai operator, CNOOC memiliki hak pengelolaan di blok tersebut sebesar 65,54 persen. Sisanya dipegang oleh Pertamina 13,07 persen, KNOC 8,91 persen, Risco Energi lima persen, Fortuna Resources Ltd 3,77 persen, Talisman UK Ltd 2,08 persen dan Talisman Resources Ltd 1,64 persen.
Blok South East Sumatera sebenarnya masih bisa memproduksi minyak hingga masa kontraknya berakhir. Dalam rencana kerja anggaran dan perusahaan yang disetujui SKK Migas, CNOOC menargetkan produksi minyak blok ini pada 2016 sebesar 31.650 barel per hari (bph). Ini lebih tinggi dari target produksi CNOOC dalam APBN 2016 sebesar 30.760 bph. (Baca: Kinerja Kontraktor Membaik, Lifting Minyak Telah Lewati Target)
Di sisi lain, Pertamina memang tengah mengincar 13 blok migas yang saat ini masih dikelola perusahaan lain. Blok migas tersebut adalah yang masa kontraknya akan berakhir dalam empat tahun ke depan.
Pada Rabu (11/5) lalu, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro belum mau menyebutkan blok mana saja yang sedang dilirik Pertamina. Yang jelas blok migas yang diincar harus memiliki kandungan migas besar. Hal ini untuk mendukung impian Pertamina menyumbang produksi migas nasional lebih besar di masa depan. (Baca: Pertamina Incar 13 Blok Migas yang Kontraknya Akan Berakhir)
Berdasarkan data Kementerian ESDM, ada 20 blok yang akan berakhir masa kontraknya hingga 2020. Yaitu Blok Offshore North West Java, Blok Lematang, Blok Mahakam, Attaka, Tuban, Ogan Komering, dan Sanga-Sanga. Selain itu, Blok South East Sumatera, Blok NSO, Blok B, Blok Tengah, Blok East Kalimantan, Jambi Merang South Sumatera, Pendopo dan Raja, Blok Bula, Blok Seram Non Bula. Ada juga Makassar Strait Offshore Area A, South Jambi Blok B, Blok Brantas, Blok Salawati Kepala Burung, Malacca Strait, Blok Sengkang.