Konsumsi Rumah Tangga Jadi Andalan Ekonomi Kuartal II
Lagi-lagi, konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Setidaknya pada kuartal kedua ini. Managing Director Head of Global Market HSBC Indonesia Ali Setiawan menuturkan pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik jika belanja masyarakat meningkat menjelang puasa.
“Kalau tidak ada peningkatan, jangan harap bisa tumbuh lima persen. Ini kuncinya. Kuartal kedua kami perkirakan tidak jauh-jauh dari 4,92 persen,” kata Ali dalam Economic Outlook 2016 bertajuk ‘ASEAN Economic Community Indonesia to Punch Above Its Weight’ di Jakarta, Kamis, 12 Mei 2016. (Baca juga: Ekonomi Global Melambat, 30 Proyek Infrastruktur Jadi Andalan).
Menurut Ali, hasil kajian lembaganya, salah satu emiten ritel terbesar di Indonesia itu, menunjukkan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,94 persen di kuartal pertama 2016 memang lebih baik dibanding periode sama tahun lalu. Namun hal itu belum membaik dari periode menjelang puasa 2014 dan tahun-tahun sebelumnya.
Tetapi secara umum, kata Ali, ekonomi Indonesia membaik dibanding 2015 terutama dari sisi fiskal. Peningkatan anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang berlangsung sejak pertengahan tahun lalu menjadi pendorong utama. Meskipun hingga saat ini swasta belum memacu investasi karena permintaan atas hasil produk mereka belum meningkat.
Pandangan senada disampaikan Lana Soelistianingsih. Ekonom Samuel Asset Management itu mengatakan konsumen menahan diri berbelanja pada kuartal pertama karena akan memasuki Ramadhan dan persiapan lebaran. Hal ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama 2016 yang hanya 4,92 persen. (Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2016 Meleset di Bawah Target).
Karena itu Lana memprediksi konsumsi rumah tangga akan membaik di triwulan kedua ini. Perkiraannya bisa tumbuh 4,96 sampai lima persen. Selain karena konsumsi rumah tangga, faktor pendorong lainnya yaitu implementasi kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP), meskipun dampaknya tidak terlalu besar.
Akan tetapi dia mengingatkan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga bisa terjadi jika pemerintah menjaga stabilitas harga. Baik dari harga yang diatur pemerintah (administered price) ataupun harga yang bergejolak (volatile food). Pada Kuartal ketiga, Lana juga yakin akan semakin meningkat dipicu oleh kenaikan permintaan untuk lebaran dan tahun ajaran baru. “Kalau di kuartal dua dan tiga konsumsi rumah tangga tidak meningkat, itu perlu diwaspadai,” tutur Lana.
Sementara itu ekonom Maybank Juniman melihat konsumen menengah-atas cenderung menahan diri di kuartal satu lebih karena menunggu perbaikan ekonomi. Karena itu, konsumen segmen ini memilih menyimpan uangnya di perbankan. (Lihat pula: Indonesia Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Asia).
Adapun ekonom HSBC untuk ASEAN Su Sian Lim menyebutkan angka lima persen masih mungkin dicapai pada triwulan kedua. Belanja infrastruktur oleh pemerintah yang meningkatkan signifikan menjadi pemicu utama. Hal itu membantu mendorong pertumbuhan dari sisi investasi.
Tetapi dia mengingatkan pentingnya percepatan pengesahan Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). Tarif tebusan kebijakan ini diprediksi akan menambah dana segar dalam pendapatan negara. Karena perlambatan ekonomi saat ini menekan penerimaan negara dari sisi Pajak Pertambahan Nilai seiring pendapatan perusahaan menurun.