Capai Target Lifting 2016, SKK Migas Bertumpu pada Blok Cepu
Pemerintah masih mengandalkan produksi minyak dari Blok Cepu untuk mengejar target lifting tahun ini. Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai kestabilan produksi Blok Cepu akan menentukan performa minyak siap jual (lifting) tahun ini.
Kepala Humas SKK Migas Taslim Yunus mengatakan saat ini produksi dari Lapangan Banyu Urip yang ada di Blok Cepu, Jawa Timur, menjadi penyokong lifting minyak nasional. Apalagi saat ini produksi sudah melampaui target yang ditetapkan sebesar 165 ribu barel per hari.
"Cepu ini kalau produksinya bisa 170 ribu barel per hari, barangkali itu bisa menomboki produksi blok-blok lain," kata Taslim kepada Katadata, Kamis (19/5). (Baca: Produksi Blok Cepu Akan Segera Naik 12 Persen di Atas Target)
ExxonMobil selaku kontraktor blok Cepu mengatakan, secara bertahap produksi minyak di Blok Cepu dalam bulan ini akan ditingkatkan menjadi 185 ribu barel per hari. Jumlah tersebut merupakan kapasitas maksimal yang bisa diproduksi pada fasilitas produksi utama (central production facilities/CPF) di Lapangan Bayu Urip.
Blok Cepu masih menjadi andalan, mengingat banyak blok migas lain yang produksinya menurun. Dia mencontohkan produksi minyak Pertamina EP. Aset yang dimiliki anak usaha PT Pertamina (Persero) ini memang salah satu yang terbesar dan tersebar di seluruh Indonesia. Namun, saat ini kinerja produksinya menurun.
Meski demikian, Taslim tidak mau menyebutkan berapa besar penurunan produksi dari perusahaan tersebut.
Dalam rencana kerja dan anggaran (WP&B) tahun ini, Pertamina EP menargetkan lifting minyak tahun ini sebesar 98.510 barel per har. Angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanaja Negara (APBN) 2016 sebesar 104.420 barel per hari.
Selain Pertamina EP, kinerja produksi Blok Rokan yang dikelola Chevron Indonesia juga terganggu. Hal ini disebabkan ada beberapa proyek di blok migas tersebut yang tertunda pengerjaannya. Hal ini berpengaruh pada total produksi minyak Chevron di dalam negeri. (Baca: Exxon Ajukan Pengembangan Lapangan Kedung Keris di Blok Cepu)
Dari catatan SKK Migas, selama periode Januari hingga April 2016, SKK Migas baru menyetujui 18 pengembangan lapangan (Plan of Development) di beberapa wilayah kerja migas. Sekitar 13 diantaranya berada di lapangan yang masuk dalam program pengembangan lapangan di Blok Rokan.
Jenis pengembangan lapangan di Blok Rokan berupa Plan of Further Development (POFD). Yaitu pengembangan lanjutan suatu lapangan yang sudah pernah berproduksi pada struktur yang sama. Dalam pengembangan ini, semua kegiatan pembangunan fasilitas produksi dan pemboran dalam POD yang sudah disetujui dan telah dilaksanakan.
Lapangan-lapangan tersebut adalah Minas Phase-2 dan Phase 3, Candi, Pematang, Pungut, Pager, Ubi, Benar, Kokoh, Pinang, Puncak, Kotabatak Phase 3, dan Menggala North. SKK Migas memperkirakan proyek-proyek pengembangan lapangan tersebut baru bisa mulai beroperasi antara tahun 2016 hingga 2020. (Baca: Lifting Minyak Tujuh Kontraktor Lebih Rendah dari Target 2016)
Menurut Taslim, kinerja lifting tahun ini juga dipengaruhi hal teknis seperti proses pemberhentian sementara operasional lapangan minyak yang ada (shut down). Proses ini bisa memakan waktu satu hingga dua minggu, sebelum kembali beroperasi. Dia memperkirakan proses shut down akan terjadi pada beberapa blok migas lain dalam beberapa bulan ke depan.
Dari data SKK Migas, sampai 14 Mei 2016 lalu, realisasi lifting minyak nasional sudah mencapai 781 ribu barel per hari. Pencapaian tersebut lebih rendah dari target APBN tahun ini sebesar 830 ribu barel per hari dan target Work and Program Budgetting (WP&B) sebesar 827 ribu.
Meski saat ini realisasi lifting masih rendah, SKK Migas optimistis dalam beberapa bulan ke depan akan bisa mencapai target. Pencapaian ini seiring dengan selesainya proses shut down. Jika tidak bisa mencapai target APBN, kata Taslim, SKK Migas akan tetap mengupayakan lifting minyak bisa mencapai target WP&B. (Baca: Kinerja Kontraktor Membaik, Lifting Minyak Telah Lewati Target)