Terima Rp 47,9 Triliun, Uber Jadi Startup Termahal di Dunia
Uber baru saja menerima kucuran dana senilai US$ 3,5 miliar dari suatu lembaga negara bernama Public Investment Fund di Arab Saudi. Investasi sekitar Rp 47,9 triliun ini merupakan yang terbesar bagi perusahaan jasa aplikasi transportasi tersebut dari penanam modal tunggal. Masuknya aliran dana itu membuat Uber merekrut anggota direksi baru, yaitu Yasir Al Rumayyan sebagai Direktur Dana Investasi Publik.
CEO Uber Travisk Kalanick menyebut investasi itu membawa kepercayaan diri bagi perusahaannya. Uber menyatakan ingin bermitra dengan Arab Saudi dalam perubahan sosial dan ekonomi. Meski demikian, investasi ini tidak mengubah valuasi perusahaan senilai US$ 62,5 miliar. Nilai ini menjadikannya sebagai startup paling mahal di dunia.
Wakil Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman belum lama ini mengumumkan visi Saudi 2030. Tiga poin yang masuk di dalamnya adalah mengurangi ketergantungan terhadap minyak, serta menekan angka pengangguran dan ketidakadilan dalam lingkungan kerja. (Baca: Tujuh Aturan Penting Menteri Soal Aplikasi Transportasi).
“Kami sudah melihat sendiri perusahaan ini berhasil meningkatkan mobilitas di seluruh dunia, dan kami ingin ikut ambil bagian,” kata Al Rumayyan seperti dikutip CNN, Rabu, 1 Juni 2016. Uber sudah beroperasi di Arab Saudi sejak 2014.
Uber melihat visi Saudi tersebut sebagai peluang. Perusahaan ini menilai kawasan Timur Tengah berpotensi mendatangkan pertumbuhan. Pada November 2015, Uber mengucurkan investasi hingga US$ 250 juta untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. Saat ini perusahaan jasa aplikasi transportasi ini beroperasi di sembilan negara dan 15 kota di kawasan tersebut.
Uber mengklaim 80 persen pelanggannya di Arab Saudi adalah perempuan, karena mereka dilarang mengemudi di negara tersebut. Perusahaan ini menerima tambahan 19 ribu pengemudi baru di Timur Tengah. Sebelumnya, jumlah pengendara mitranya di kawasan tersebut berjumlah 395 ribu orang. (Baca: Terancam Diblokir, Grab dan Uber Sepakat Bentuk Badan Usaha).
Dengan melebarkan sayap ke sejumlah pasar baru, Uber pun memberi pilihan pembayaran tunai bagi penumpang. Langkah ini ditempuh untuk menyesuaikan dengan gaya hidup masyarakat setempat. Pilihan pembayaran tunai tersedia di Jeddah, Riyadh, Arab Saudi, Vietnam, Filipina dan Malaysia.
Seperti halnya di Arab Saudi, Uber mulai beredar di jalanan Jakarta sejak 2014. Namun berbeda dari Arab Saudi, Uber melihat kemacetan di Jakarta sebagai suatu peluang dalam menghadirkan alternatif transportasi. “Masyarakat kota ini menghabiskan banyak waktu di kemacetan,” tulis Uber dalam situsnya.
Selain di Jakarta, layanan Uber juga tersedia di Bali dan Bandung. Akhir tahun lalu, Reuters menyebutkan, Uber berencana memperluas jaringannya ke kota-kota lain di Indonesia pada 2016. Perusahaan ini mentargetkan jumlah mitra pengemudinya mencapai seratus ribu orang di tahun 2017. (Baca: Kini Penumpang Grab Bisa Kirim Tagihan ke Atasan).