Pemerintah Ramal Penurunan Ekspor Sampai Akhir Tahun

Yura Syahrul
15 Juni 2016, 19:46
Pelabuhan ekspor
Arief Kamaludin | Katadata
Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Neraca perdagangan Indonesia hingga bulan Mei lalu masih melemah. Hal itu ditandai oleh penurunan ekspor dibandingkan tahun lalu. Pemerintah memperkirakan kondisi tersebut masih terus berlanjut sampai akhir tahun sejalan dengan perlambatan ekonomi global.   

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang pada Mei 2016 surplus sebesar US$ 375,6 juta. Pencapaian itu ditopang oleh nilai ekspor sebesar US$ 11 miliar atau naik 0,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan nilai impor naik 3 persen menjadi US$ 11,1 miliar.

Advertisement

Meski begitu, kalau dibandingkan dengan Mei 2015, nilai ekspor turun 9,6 persen. Sedangkan nilai ekspor periode Januari-Mei 2016 mencapai US$ 56,6 miliar atau anjlok 12,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Begitu pula dengan nilai impor yang lebih rendah 4,1 persen daripada Mei 2015 dan impor Januari–Mei 2016 melorot 11,6 persen dibanding periode sama 2015.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui, neraca dagang saat ini tidak terlalu bagus meskipun mampu mencetak surplus. “Surplus tapi ada tidak bagusnya,” katanya di Jakarta, Rabu (15/6). Sebab, surplus neraca dagang itu dicatatkan lantaran angka ekspor dan impornya turun.

(Baca: Impor Barang Konsumsi Naik, Surplus Dagang Mei Mengecil)

Hal itu menandakan sektor industri masih belum bergerak. Kondisi ekonomi dunia yang terus melambat menyebabkan permintaan menurun. Ujung-ujungnya, ekspor Indonesia ikut turun.

“Jadi jangan dilihat dari kesalahan kita. Kita korban situasi dunia yang kayak begini,” katanya.

Meski begitu, Darmin melihat tren kenaikan impor pada Mei lalu menunjukkan ekonomi di dalam negeri mulai bergerak. Antara lain, melalui pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, kondisi itu tetap harus diwaspdai dengan berupaya menggenjot ekspor.

“Lama-lama jangan terbalik kejadiannya, impor naik lebih cepat daripada ekspor sehingga kita bisa berbalik lagi jadi defisit,” kata Darmin. Untuk itu, pemerintah harus mempersiapkan diri dengan memacu ekspor, salah satunya ekspor minyak dan gas bumi, sehingga bisa mengimbangi kenaikan impor.

Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Thomas Lembong menyatakan, labilnya neraca dagang saat ini karena perekonomian Indonesia masih dalam masa transisi. “Jadi tiga langkah ke depan, dua langkah ke belakang. Tidak satu garis lurus langsung membaik,” katanya. Apalagi, kondisi ekonomi dunia saat ini masih diliputi ketidakpastian.

Halaman:
Reporter: Safrezi Fitra, Ameidyo Daud Nasution, Miftah Ardhian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement