Tahun Depan, Pengeboran Dua Blok Migas di Natuna
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mempercepat pengembangan blok minyak dan gas bumi di kawasan Laut Natuna, Kepulauan Riau. Tahun depan, rencananya dua blok migas akan memulai proses pengeboran.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan, dua blok yang akan melakukan proses pengeboran tahun depan adalah Blok Tuna dan Blok Sokang. Status dua blok ini masih dalam tahap eksplorasi.
Blok Tuna dioperatori oleh Premier Oil Tuna B.V. Kontrak blok ini dimulai sejak 2007. Cadangan terbukti untuk minyak yang ada di blok tersebut mencapai 2.127 juta barel dan gas sebesar 12,36 miliar kaki kubik (bsf). Adapun luas bloknya mencapai 2450,29 kilometer persegi. (Baca: Pemerintah Siapkan Insentif Agar Blok East Natuna Cepat Produksi)
Wiratmaja mengatakan, supaya proses percepatan itu berjalan mulus, Premier membutuhkan tambahan waktu eksplorasi dan perubahan ketentuan fiskal. "Bagi hasil dan ketentuan fiskal yang ada sekarang, Tuna ini tidak bisa diproduksikan. Tidak ekonomis, " kata dia di Jakarta, Jumat (22/7).
Pengeboran di Blok Tuna ini akan menggunakan rig bersama dengan operator Blok Sokang. Blok Sokang juga rencananya akan mengebor tahun depan, yang dioperatori oleh Black Platinum Investment Ltd. Luas wilayah kerjanya 4.523,6 kilometer persegi (km2). Kontrak blok ini dimulai 2010.
Status blok ini telah melaksanakan sebagian komitmen pasti eksplorasi dengan cadangan gas terbukti mencapai 120,27 bcf. Untuk pengeboran tahun depan, menurut Wiratmaja, Black Platinum juga membutuhkan perubahan kontrak dan ketentuan fiskal.
Selain dua blok tersebut, dia mengatakan, Blok Duyung juga akan melakukan pengeboran. Hanya waktunya belum bisa dipastikan. Kontrak PSC blok ini diteken pada 2007, yang dioperatori oleh West Natuna Exploration Ltd. Luas wilayah kerjanya mencapai 1.671,3 (km2).
Blok eksplorasi ini diproyeksikan akan mendapatkan insentif berupa penambahan waktu eksplorasi. Sebab, Blok Duyung telah melaksanakan sebagian komitmen pasti eksplorasinya. Cadangan minyak terbukti di blok tersebut sebesar 206 juta barel dan cadangan gas 835 miliar kaki kubik per hari (bscfd). (Baca: Pemerintah Akan Lelang Lima Blok Migas di Natuna)
Wiratmaja juga mengatakan, program percepatan lainnya adalah Blok East Sokang. Program ini mencakup pemenuhan komitmen pasti eksplorasi lantaran selama ini belum ada yang terealisasi. Padahal, kontrak blok ini sudah diteken tahun 2012.
Blok East Sokang saat ini dioperatori oleh PT Ekuator Energi Sokang. Potensi yang ada di blok ini yakni 503 MMBO dan gas 2 tcf. Luas wilayahnya 6.585,97 km2.
Ada juga Blok North Sokang. Kontrak blok yang dioperatori North Sokang Energy Ltd ini diteken 2010. Luasnya mencapai 4.117,06 km2 dengan cadangan gas sebesar 54 bcf dan minyak 6.269,15 juta barel. Insentif yang akan diberikan adalah perubahan skema fiskal.
Sementara itu ada dua blok lain yang masih eksplorasi tapi belum masuk program percepatan. Pertama, Blok Gurita yang kontraknya diteken 2011 dan dioperatori oleh Lundin Gurita B.V.
Blok Gurita sebenarnya sudah memenuhi komitmen pasti eksplorasi. Dengan sumber daya 827,32 MMBO dan 4,64 bcf di atas wilayah seluas 5.814,5 km2. (Baca: Blok East Natuna Bisa Produksi Minyak Tiga Tahun Lagi)
Selain Blok Gurita, Lundin juga mengoperatori Blok South Sokang di Natuna. Blok ini diteken 2010. Luasnya 3.714,39 km2, dan sudah memenuhi komitmen pasti eksplorasi dengan sumber daya 187 MMBO dan 1,05 BCF.
Di sisi lain, ada tiga blok yang proses eksplorasinya dihentikan. Pertama, Blok Baronang yang dikelola Lundin Baronang B.V. Kontrak blok ini ditandatangani 2008. Blok ini dikembalikan karena masa eksplorasinya berakhir 2016. Potensinya 210 MMBO. Luasnya 2582,21 kilometer persegi.
Kedua, Blok Cakalang yang dikelola Lundin Cakalang B.V. Kontrak blok ini ditandatangani 2008 dan masa ekplorasinya berakhir tahun ini. Potensinya 416 MMBO, dengan luas 3370,9 kilometer persegi.
Ketiga Blok Pari, yang dioperatori Indoreach Exploration Ltd dan masa eksplorasinya habis tahun 2017. Potensinya 118,9 bcf, dengan luas wilayah 3.305,2 km2.