Defisit Lebih 3 Persen, Chatib Basri Khawatir Dana Asing Kabur

Desy Setyowati
29 Juli 2016, 12:10
Chatib Basri
Donang Wahyu|KATADATA

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memperingatkan risiko yang mungkin timbul dari kebijakan pelebaran defisit anggaran hingga melebihi batasan tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kebijakan itu bisa memicu hengkangnya dana asing (capital outflow) dari pasar modal dan keuangan Indonesia.

Menurut Chatib, pelebaran defisit anggaran hingga melebihi batas bukanlah hal yang bagus. Ia pun merujuk contoh beberapa negara yang mengalami arus keluar dana asing gara-gara memperlebar defisit anggaran.

Turki dan Brasil, misalnya, makin terpuruk pasca keluarnya dana asing sehingga berlanjut kepada perlambatan ekonominya. Sebaliknya, India bisa bangkit dari risiko capital outflow karena mampu mengurangi defisit anggarannya dari enam persen menjadi tiga persen.

Wacana pelebaran defisit anggaran di Indonesia mencuat lantaran penerimaan negara hingga paruh pertama tahun inin masih minim. Per akhir Juni lalu, realisasi pendapatan negara dan hibah Rp 634,7 triliun atau 35,5 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016. Sedangkan realisasi belanja Rp 865,4 triliun atau 41,5 persen dari pagu APBNP 2016.

Alhasil, defisit anggaran per Juni 2016 mencapai Rp 276,6 triliun atau 1,83 persen dari PDB. Nilainya mendekati target defisit dalam APBNP 2016 yang sebesar Rp 296,7 triliun atau 2,35 persen.

(Baca: Pelebaran Defisit, Darmin: Jangan Sampai Utang Bablas)

Pemerintah sebenarnya berharap tambahan penerimaan dari kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) sebesar Rp 165 triliun. Namun, banyak pihak meragukan target itu bakal tak tercapai sehingga defisit anggaran bisa melampaui tiga persen seperti ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Belakangan, muncul wacana menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu) agar defisit bisa diperlebar melebihi tiga persen.

Namun, menurut Chatib, banyak investor saat ini meninggalkan negara yang mengalami defisit anggaran besar.

Lalu, memasukkan dananya ke negara-negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market). Itulah yang menyebabkan dana asing masuk ke Indonesia sehingga mata uang rupiah dan harga Surat Utang Negara (SUN) meningkat.

(Baca: Defisit Anggaran Terancam Lewati Batas 3 Persen)

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...