BP Incar Blok Migas di Wilayah Timur Indonesia
BP Indonesia berencana menambah beberapa blok minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Salah satu yang menjadi incaran dari perusahaan asal Inggris ini adalah blok migas yang berada di Indonesia bagian Tengah dan Timur.
Country Head BP Indonesia Dharmawan Syamsu mengatakan saat ini tim eksplorasi dari perusahaannya sedang melakukan studi untuk mencari blok migas yang potensial untuk dikembangkan. Studi ini sudah dimulai sejak dua tahun terakhir.
Dharmawan masih merahasiakan blok migas yang menjadi incaran BP. “Mungkin gambaran besarnya di Timur dan wilayah Tengah dan timur, offshore (lepas pantai),” kata dia kepada Katadata, saat ditemui di kantor SKK Migas, kemarin. (Baca: SKK Migas Sebut BP Tertarik Beli Hak Kelola di Blok Kasuri)
Saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga melelang beberapa blok migas melalui penawaran langsung dan lelang reguler. Untuk penawaran langsung ada Bukit Gajah (Offshore Kepulauan Riau), Batu Gajah Dua (Onshore Jambi), Kasongan Sampit (Onshore Kalimantan Tengah), Ampuh (Offshore Laut Jawa), Ebuny (Offshore Sulawesi Tenggara), Onin (Onshore-Offshore Papua Barat), West Kaimana (Onshore-Offshore Papua Barat).
Sementara untuk lelang reguler ada South CPP (Onshore Riau), Suremana I (Offshore Makassar Strait), SE Mandar (Offshore Sulawesi Selatan - Sulawesi Barat), North Arguni (Onshore Papua Barat). Kemudian ada Kasuri II (Onshore Papua Barat), Manakarra Mamuju (Offshore Makassar Strait). dan Oti (Offshore Kalimantan Timur). (Baca: Mulai Juni, Pemerintah Lelang 14 Blok Migas)
BP memang sudah menggarap beberapa proyek migas besar di wilayah timur Indonesia, diantaranya Proyek Tangguh. Proyek ini merupakan proyek multinasional yang melibatkan pengembangan enam lapangan gas di Kontrak Kerja Sama (KKS) Wiriagar, Berau and Muturi di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Cadangan gas di wilayah kerja tersebut, ditemukan pada pertengahan tahun 1990-an oleh Atlantic Richfield Co. (ARCO). Tangguh kini dioperasikan oleh BP Berau Ltd. yang 100 persen milik BP dengan dua anak perusahaan lain yang sepenuhnya milik BP - BP Muturi Holdings B.V. and BP Wiriagar Ltd. Sehingga kepemilikan BP di proyek tersebut mencapai 37,16 persen.
Adapun mitra-mitra lainnya seperti MI Berau B.V. yang memiliki hak kelola 16,30 persen, CNOOC Muturi Ltd 13,90 persen, Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd. 12,23 persen, KG Berau Petroleum Ltd 8,56 persen, KG Wiriagar Overseas Ltd. 1,44 persen. Serta Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. 7,35 persen dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd. 3,06 persen.
Tangguh mulai berproduksi pada tahun 2009, hanya empat tahun setelah memperoleh persetujuan dari Pemerintah. Kini Tangguh beroperasi sesuai kapasitas terpasangnya, dan pekerjaan sedang berlangsung untuk mengembangkan Tangguh dengan penambahan satu kilang LNG baru atau Train 3.
BP baru saja menandatangani kerjasama pembiayaan proyek dari beberapa bank serta lembaga keuangan dalam dan luar negeri, untuk pembangunan kilang tersebut. Dari total investasi yang dibutuhkan sebesar US$ 8 miliar, US$ 3,7 berasal dari pinjaman. (Baca: Tangguh Jadi Proyek LNG Pertama yang Dibiayai Bank Lokal)
Perjanjian utang ini merupakan kelanjutan dari pengumuman keputusan final investasi (FID) yang dilakukan oleh Kontraktor KKS Tangguh pada 1 Juli 2016 lalu. Setelah proses ini, train 3 ditargetkan melakukan konstruksi Oktober nanti.
Selain itu, di sektor hulu, BP juga memiliki kepemilikan di VICO Indonesia sebesar 26,25 persen. VICO merupakan joint venture yang saat ini masih menjadi operator di Blok Sanga-Sanga Kalimantan Timur. Kontraknya di blok ini akan berakhir pada 2018.
BP juga memiliki bisnis petrokimia melalui PT BP Petrochemicals Indonesia. Pada awal tahun 2014 BP mengambil alih kepemilikan Mitsui Chemicals, Inc. (MCI) dan Mitsui & Co. Ltd. (MBK) dari PT. Amoco Mitsui PTA Indonesia (AMI), sebuah joint venture yang memproduksi dan menjual purified terephthalic acid (PTA), sehingga kepemilikan BP di perusahaan menjadi 100 persen. (Baca: Saka dan BP Segera Tuntaskan Jual-Beli Hak Kelola Blok Sanga-Sanga)
BP juga berbisnis minyak pelumas yakni Castrol Indonesia. Castrol pertama masuk ke pasar Indonesia pada tahun 1970. Kemudian di tahun 1998 PT Castrol Indonesia dibentuk untuk menangani pemasaran minyak pelumas Castrol di seluruh Indonesia.