Jokowi Minta Waktu Bongkar Muat di Pelabuhan Turun Lagi Jadi 2 Hari
Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih belum puas dengan capaian penurunan waktu tunggu bongkar muat barang (dwelling time) di pelabuhan. Dia ingin dweling time kembali dipersingkat.
Dia mengakui saat ini penurunan dwelling time sudah terlihat lebih baik. Dua tahun lalu masih 6-7 hari, sekarang sudah turun hingga setengahnya. Bahkan dia sempat menyebut sudah menyamai Malaysia. Namun, Jokowi masih belum puas dengan capaian ini.
"Tadi saya tanya sudah 3,2 sampai 3,7 hari. Tapi saya mintanya di dua hari, perbaiki lagi. Dan tidak hanya di Tanjung Priok, yang lainnya juga seperti di Belawan," ujarnya saat meresmikan pengoperasian Terminal Petikemas Kalibaru Pelabuhan Tanjung Priok (NPCT 1), Jakarta (13/9).
(Baca: Rizal Ramli: Dwelling Time Indonesia Tak Bisa Menandingi Singapura)
Target Jokowi terkait penurunan dwelling time ini sepertinya cukup serius. Tahun lalu dia sempat meminta dweling time diturunkan hingga di bawah 5 hari. Setelah enam bulan berjalan, target ini tidak bisa terealisasi. Akhirnya dia pun mencopot Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman saat itu, Indroyono Soesilo dan digantikan dengan Rizal Ramli.
Tahun lalu dwelling time masih 6 hari, tapi sejak awal tahun 2016 sudah turun menjadi 4,7 hari. Artinya sudah sesuai dengan target. Namun, Jokowi masih belum puas. Dia kembali memasang target dwelling time menjadi 3 hari, dan harus sudah terkejar pada April. Jika target tersebut tidak tercapai, Presiden mengancam akan mencopot para pejabat yang bertanggung jawab atas masalah itu.
“Akan saya pantau terus. Jangan sampai ada korban lagi masalah ini." kata Jokowi saat meresmikan Pusat Logistik Berikat (PLB) di Cilincing, Jakarta, pada Maret lalu.
Dalam sambutannya saat peresmian NPCT 1, Jokowi menekankan agar semua pihak terus berupaya mengejar target ini. Mengingat persaingan dunia sangat ketat dan Indonesia sudah tertinggal. Setiap negara sedang membangun infrastruktur dan melakukan inovasi untuk mendukung daya saingnya.
Jokowi menegaskan, Indonesia jangan sampai kalah lagi dan harus menjadi pemenang dalam persaingan ini. Pembangunan terminal berteknologi modern terbaru di Tanjung Priok ini pun merupakan salah satu upayanya.
Makanya, Jokowi terus memantau perkembangan pembangunan NPCT 1 yang telah dimulai sejak 2012. Dia meminta PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) mempercepat penyelesaian proyek ini hingga lima terminal pada 2019.
Mengakhiri sambutannya dia menegaskan bahwa pembangunan pelabuhan modern dan fasilitas infrastruktur lainnya tidak bisa ditunda-tunda lagi. Penurunan biaya logistik transportasi dan pemberantasan pungutan liar merupakan tujuan yang dikejar oleh Presiden Joko Widodo.
"Saya minta pengoperasian yang terintegrasi, kurangi dwelling time dan tidak ada pungli," tutupnya. (Baca: Kalibaru Bisa Kerek Kapasitas Pelabuhan Priok 1,5 Juta TEUs Setahun)
NPCT 1 memiliki luas lahan kurang lebih 32 hektar dan mampu menampung kapasitas sebesar 1,5 juta TEUs per tahun. Terminal baru tersebut diproyeksikan untuk dapat melayani kapal peti kemas dengan kapasitas 13.000-15.000 TEUs dengan bobot di atas 150.000 DWT.
NPCT 1 merupakan terminal petikemas pertama dalam pembangunan tahap pertama Terminal New Priok yang terdiri atas tiga terminal peti kemas dan dua terminal produk. Pembangunan tahap kedua Terminal New Priok akan dilaksanakan setelah pengoperasian tahap pertama dari New Priok. Ke depannya akan ada sebanyak tujuh terminal peti kemas dan dua terminal produk dengan area pendukungnya yang memiliki total area sebesar 411 hektar.