Pelemahan Rupiah Belum Mengkhawatirkan, BI Tak Perlu Intervensi

Ameidyo Daud Nasution
14 September 2016, 20:35
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai pelemahan rupiah yang terjadi dalam sepekan terakhir, belum terlalu mengkhawatirkan. Dia pun menganggap otoritas moneter Bank Indonesia (BI) belum perlu mengintervensi pelemahan ini.

"Rupiah belum perlu diintervensi. Walaupun turun, tapi (penurunannya) tidak banyak," kata Darmin usai rapat dengan Badan Anggaran di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Rabu (14/9).

Data Bloomberg mencatat sejak 8 September nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus merosot, dari level Rp 13.063, menjadi Rp 13.236 pada 12 September. Sempat menguat pada perdagangan kemarin ke level Rp 13.168, hari ini kembali melemah ke Rp 13.205.

Menurutnya ada dua sentimen negatif yang mempengaruhi pelemahan rupiah saat ini. Pertama, keyakinan pasar mengenai tingkat suku bunga Bank Sentral AS (The Federal Reserve /The Fed) akan naik.  (Baca: Cadangan Devisa Bisa Jaga Rupiah dari Risiko Bunga The Fed)

Rencananya, The Fed bakal memutuskan kebijakan suku bunganya dalam rapat di Washington D.C. pada Rabu pekan depan (20-21 September 2016). Sinyal kenaikan suku bunga AS sudah disampaikan para petinggi The Fed sejak bulan lalu.

Darmin optimistis sentimen ini tidak bertahan lama. “Tadinya sampai dengan kemarin orang masih mengira tingkat bunganya The Fed akan naik, tapi hari ini mulai yakin enggak,” ujarnya.

Kedua, sentimen pasar terkait pencapaian program pengampunan pajak (tax amnesty) yang kurang menggembirakan hingga menjelang berakhirnya periode I. Darmin mengakui perolehan dana tax amnesty dari uang tebusan, repatriasi, dan aset yang dideklarasikan masih rendah.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak, hingga Rabu sore (14/9) total harta yang diungkap peserta tax amnesty mencapai Rp 480,37 triliun. Uang tebusan yang masuk ke kas negara sebesar Rp 11,18 triliun atau 6,8 persen dari target. Sementara uang yang berhasil ditarik masuk ke dalam negeri (repatriasi) hanya Rp 23 triliun.

"Kalau tax amnesty berjalan baik pasti rupiah menguat lagi," kata Darmin. (Baca: Rupiah Menguat Tajam bila Dana Repatriasi Rp 130 Triliun)

Sebelumnya BI memperkirakan nilai tukar rupiah bisa lebih kuat pada tahun depan. Salah satu faktor yang mendorong penguatan ini adalah tax amnesty. Gubernur BI Agus Martowardojo meyakini program ini mampu membawa arus modal dari luar negeri, ke dalam negeri melalui repatriasi. Sehingga akan membuat nilai tukar rupiah semakin kuat.

BI memperkirakan nilai tukar rupiah tahun depan bisa berada pada level Rp 13.200 – Rp 13.500 per dolar. "Hal tersebut didukung kuatnya arus modal termasuk dari dampak pengampunan pajak," kata Agus.

Prediksi ini terlihat lebih optimistis dibandingkan asumsi BI sebelumnya di kisaran Rp 13.300 – Rp 13.600 per dolar. Sementara pemerintah mengusulkan asumsi rupiah tahun depan sebesar Rp 13.300 per dolar, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...