Hitungan Keekonomian, Harga Premium Turun Rp 300 Bulan Depan
Pemerintah akan menetapkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium penugasan dan Solar bersubsidi untuk periode Oktober hingga Desember 2016. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga baru untuk Premium akan turun, sementara Solar malah naik.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Teguh Pamudji mengatakan, Pelaksana tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan sudah mengirimkan surat kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution perihal penetapan harga Premium dan Solar tersebut. Surat itu berisi penjelasan bahwa harga kedua produk BBM itu harus berubah pada periode tiga bulan ke depan.
(Baca: Impor Solar dan Premium Berkurang, Pertamina Hemat Rp 1,7 T per Bulan)
Pertimbangan perubahan harga tersebut adalah kondisi harga minyak dunia. “Surat sudah ke sana. Nanti malam Pak Luhut akan menyampaikan instruksi resmi kepada Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas bahwa besok harga BBM akan diumumkan,” kata Teguh di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (29/9).
Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja mengatakan, berdasarkan harga keekonomian sesuai dengan data tiga bulan terakhir maka harga Premium penugasan akan turun Rp 300 per liter. Sementara Solar bersubsidi akan naik Rp 600 per liter. “Harga Solar itu sudah termasuk subsidi Rp 500 per liter,” kata dia kepada Katadata, Kamis (29/9).
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 5976 K/12/MEM/2016 tentang harga jual eceran jenis BBM tertentu dan jenis BBM khusus penugasan, harga Solar subsidi periode Juli-September 2016 ditetapkan sebesar Rp 5.150 per liter. Harga ini sudah sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
Sedangkan harga Premium atau jenis bensin RON 88 periode Juli hingga September 2016 sebesar Rp 6.450 per liter. Harga ini juga sudah termasuk PPN dan PBBKB. Dalam hal ini, PPN dibebankan 10 persen, sedangkan PBBKB sebesar 5 persen dari komposisi harga.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan, pihaknya akan menjual BBM sesuai dengan formula harga transparan. “Semua mengacu pada formula harga yang bisa disepakati antara pemerintah, Kementerian ESDM, dengan Komisi VII DPR, itu formula harga terbuka," kata dia di Jakarta, Kamis (29/9). (Baca: Harga Kemahalan, Pemerintah Diminta Buka Formula Harga BBM)
Di sisi lain, Wianda mengatakan, konsumsi BBM jenis Premium dalam kurun tiga bulan terakhir ini mengalami penurunan. Pertamina mencatat, pada Juli lalu konsumsi Premium mencapai 64.400 kiloliter per hari. Sedangkan konsumsi pada Agustus lalu menjadi 55.400 kilolier per hari. Adapun, konsumsi rata-rata Premium per hari pada bulan ini merosot menjadi 50.500 per hari.
Penyebab penurunan konsumsi Premium ini adalah kemunculan varian baru BBM nonsubsidi Pertamina di tengah masyarakat. Hal ini sesuai dengan masukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI). “Masyarakat punya hak untuk diberikan pilihan. Kami tidak bisa menjuruskan ke satu jenis BBM saja," kata Wianda.
(Baca: BPK Minta Pertamina Setor Keuntungan Solar Subsidi Rp 3,1 T ke Negara)
Salah satu produk BBM nonsubsidi yaitu Pertalite, diklaim konsumsinya meningkat dalam tiga bulan terakhir. Pada Juli lalu, konsumsi Pertalite rata-rata sebesar 14.700 kiloliter per hari. Sedangkan pada Agustus meningkat menjadi 19.200 kiloliter per hari. Begitu pula di bulan ini, konsumsi Pertalite sudah mencapai 25.200 kiloliter per hari.