Separuh Penduduk Indonesia Pengguna Internet, 65 Persen di Jawa
Jumlah pengguna Internet di Indonesia melonjak signifikan dalam dua tahun terakhir hingga mencapai separuh dari jumlah penduduk. Namun, pengguna Internet tersebut masih terkonsentrasi di Jawa dengan porsi 65 persen.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat, total pengguna Internet di Indonesia tahun ini telah mencapai sekitar 132,7 juta pengguna atau 51,8 persen dari jumlah 256,2 juta penduduk Indonesia. Jumlah tersebut melonjak 50,8 persen dibandingkan hasil survei APJII sebelumnya pada 2014 yang sebanyak 88 juta pengguna.
Ketua Umum APJII Jamalul Izza menyatakan, Indonesia terus mengalami pertumbuhan penggunaan Internet yang cukup signifikan namun masih belum tinggi. Secara garis besar, pengguna Internet di Indonesia masih didominasi penduduk di Pulau Jawa dengan jumlah sebesar 86,3 juta orang atau 65 persen.
(Baca: Selebgram, Buzzer di Media Sosial dan Bisnis Online Akan Dipajaki)
Di luar Jawa, pengguna Internet di Sumatera mencapai 20,7 juta orang atau 15,7 persen, di Sulawesi 8,4 juta orang atau 6,3 persen, dan Kalimantan 7,6 juta orang atau 5,8 persen. Sedangkan pengguna Internet di Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 6,1 juta orang atau 4,7 persen, dan terakhir Maluku dan Papua hanya 3,3 juta orang atau 2,5 persen.
Iza menyatakan, peningkatan penetrasi Internet ke daerah-daerah ditentukan oleh pembangunan infrastruktur jaringannya ke Indonesia bagian timur. "Memang penetrasi ke daerah sudah mulai berjalan dengan proyek Palapa Ring dari pemerintah," katanya dalam konferensi pers hasil survei penetrasi Internet Indonesia di Jakarta, Senin (24/10).
Dari sisi perangkat, mayoritas pengguna Internet di Indonesia, yaitu sekitar 69,9 persen, melalui perangkat bergerak atau mobile gadget. Sedangkan pengguna melalui jaringan Internet rumah sebesar 17,7 juta pengguna atau 13,3 persen, fasilitas kantor 14,9 juta pengguna atau 11,2 persen, dan fasilitas kampus 2,9 juta pengguna atau 2,2 persen.
Adapun, pengakses melalui warung internet (warnet) sebanyak 2,1 juta pengguna atau 1,5 persen, dan internet cafe 1,2 juta pengguna atau 0,9 persen. (Baca: Rambu-Rambu Perusahaan Startup agar Bernapas Panjang)
Menurut Izza, kepuasan yang tinggi untuk pemakaian mobile internet dibandingkan dengan kepuasan internet rumah yang cukup rendah. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin hampir sama: pengguna Internet laki-laki mencapai 52,5 persen dan perempuan 47,5 persen.
Yang menarik, berdasarkan konten Internet yang diakses, sebanyak 97,4 persen atau 129,2 juta pengguna menggunakan Internet untuk mengakses media sosial. Sedangkan untuk hiburan sebanyak 96,8 persen atau 128,4 juta pengguna, untuk berita 127,9 juta atau 96,4 persen, dan pendidikan 124,4 juta atau 93,8 persen. Adapun pengakses komersial 123,5 juta atau 93,1 persen, dan untuk layanan publik 121,5 juta atau 91,6 persen.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono menjelaskan, sebanyak 100 persen atau 768 ribu penduduk usia 10-14 tahun telah menikmati layanan Internet. Sedangkan yang terendah adalah penduduk usia 50 tahun ke atas dengan persentase cuma 3 persen atau hanya 1,5 juta orang.
Berdasarkan pekerjaan, mahasiswa mendominasi pengguna Internet dengan jumlah 18 juta pengguna atau 89 persen. Sementara yang terendah adalah, ibu rumah tangga dengan persentase 25 persen atau 10,8 juta orang.
Namun, Izza menuturkan, mayoritas pengguna Internet yaitu sebanyak 101,3 juta pengguna atau 76,4 persen menganggap Internet tidak aman bagi anak-anak. Mereka berharap pemerintah terus meningkatkan program terpadu dalam penanganan konten-konten negatif.
(Baca: Penetrasi Internet Melalui Ponsel Tingkatkan Akses ke Perbankan)
Hasil survei APJII ini juga menemukan, sebagian besar pengguna Internet yakni 91,8 juta orang atau 69,2 persen menilai pemerintah belum cukup melakukan upaya antisipasi konten negatif berdasarkan berbagai situs yang diblokir. Jadi, pemerintah diharapkan memperbanyak melakukan pemblokiran situs-situs negatif.
Sedangkan 40 juta orang atau 30,2 persen pengguna Internet menyatakan pemblokiran konten negatif oleh pemerintah telah memuaskan. "Internet ini pisau bermata dua. Jika digunakan buat masak enak, buat membunuh juga bisa. Pertumbuhan ini baik, tapi kita harus antisipasi hal yang negatif," ujar Henri.