Menteri Bambang: Bahaya Pengangguran 2000-2004 Bisa Terulang
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengingatkan bahaya pengangguran massal periode 2000-2004 bisa terulang kembali saat ini. Karena itu, dia meminta semua kepala daerah mengembangkan investasi yang berorientasi penciptaan lapangan pekerjaan.
Bappenas mencatat, jumlah pekerja di sektor formal pada Februari 2016 menurun dibanding periode sama tahun lalu. Sebaliknya, pekerja di sektor informal justru meningkat. (Baca: Kepala Bappenas Rancang Skema Asuransi Bagi Pengangguran)
Bambang bersyukur sektor informal bisa menjadi ‘kartu pengaman’ membantu penyerapan tenaga kerja di tengah perlambatan ekonomi. “Informal harus tetap dijaga. Kalau diingat krisis 1998, kan ada istilah sektor ini adalah kartu pengaman,” katanya saat diskusi panel bertema “Tantangan Penciptaan Dua Juta Lapangan Kerja yang Baik” di Jakarta, Selasa (1/11).
Namun, dia berharap kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena rentan terhadap gejolak ekonomi. “Jangan dibuat jangka panjang atau permanen, nanti goyang terus.”
Karena itu, pemerintah pusat dan daerah harus memastikan investasi masuk agar penyerapan tenaga kerja di sektorformal meningkat. Seperti pada 1992-1997, kontribusi investasi terhadap penyerapan tenaga kerja formal mencapai 8,1 juta orang. Lalu cenderung stagnan pada 2000, dan baru naik kembali pada 2010 ketika terjadi lonjakan (booming) harga komoditas.
Kini, investasi harus ditingkatkan agar penyerapan tenaga kerja semakin besar. “Kalau tidak, bisa seperti 2000-2004 ada pengangguran tenaga kerja hingga 500 ribu orang,” kata Bambang. (Baca: Pertumbuhan Produksi Manufaktur Mulai Membaik)
Namun, dia mengingatkan, pemerintah daerah (pemda) tak pilih-pilih investasi dan tepat berhitung terhadap penyerapan tenaga kerja. “Saya berharap kepala daerah selalu berpikir penciptaan lapangan kerja. Karena kadang ada daerah yang kurang friendly dengan investasi (tertentu), padahal bisa menyerap tenaga kerja,” katanya.
Bambang menyebutkan sektor yang berpeluang menyerap tenaga kerja lebih besar, yakni pariwisata, manufaktur, infrastruktur, pertanian, dan perdagangan. Selama ini, sektor pertanian, perdagangan, dan manufaktur menampung tenaga kerja cukup besar.
(Baca: Rembuk Nasional Minta Jokowi Dorong Industri ke Luar Jawa)
Namun perannya menurun seiring perlambatan ekonomi dan perdagangan dunia. Karena itu, peningkatan kualitas tenaga kerja penting agar angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan industri. “Infrastruktur atau pariwisata, misalnya, kami yakin (Indonesia) lebih menarik dibanding negara tetangga,” kata Bambang.