Penurunan Harga Pangan Tekan Inflasi Oktober 0,14 Persen
Upaya pemerintah mengendalikan harga pangan dan menjaga pasokannya berhasil menekan laju inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober lalu hanya sebesar 0,14 persen atau 2,11 persen secara tahun kalender (year to date). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,22 persen. Adapun inflasi year on year 3,31 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, komponen penyumbang inflasi tertinggi adalah kenaikan harga dari kelompok harga yang ditentukan oleh pemerintah. Secara lebih spesifik, penyumbang terbesarnya adalah kenaikan tarif listrik pada Oktober lalu. Selain itu, ada kenaikan tarif listrik, harga gas dan bahan bakar.
"Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan 0,56 persen," ujar pria yang akrab disapa Ketjuk ini, saat konferensi pers BPS mengenai angka inflasi Oktober 2016 di gedung BPS, Jakarta, Selasa (1/11). (Baca: Dua Tahun Jokowi, Mendag: Presiden Sering Tegur Harga Pangan)
Kelompok harga yang ditentukan oleh pemerintah memberikan andil inflasi Oktober 2016 sebesar 0,14 persen. Sedangkan berdasarkan komoditas, yang dominan menyumbang inflasi, yaitu tarif listrik 0,06 persen, upah tukang bukan mandor dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,02 persen. Selain itu, tarif kontrak rumah dan tarif sewa rumah masing-masing 0,01 persen.
Beberapa komoditas lainnya yang mengalami kenaikan harga yaitu cabai merah, sawi hijau, rokok kretek, rokok putih, rokok kretek filter. Begitu pula kenaikan tarif kontrak rumah, tarif sewa rumah, dan tarif kereta api. (Baca: Inflasi September 0,22 Persen Disulut Isu Harga Rokok)
Namun, Ketjuk menjelaskan, kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi. Antara lain kelompok bahan makanan sebesar 0,21 persen, kelompok sandang 0,31 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan deflasi 0,03 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, emas perhiasan, ikan segar, gula pasir, dan tarif pulsa ponsel.
"Artinya harga pangan Oktober stabil dan cenderung turun," ujar Ketjuk. Ia memperkirakan, hal itu terjadi berkat intervensi pemerintah dalam mengendalikan harga pangan dan ketersediaan pasokan yang mencukupi serta distribusi yang bagus.
(Baca: Rupiah dan Minyak, Penyebab Kenaikan Tarif Listrik Oktober)
Ketjuk menambahkan, deflasi bahan makanan ini memang disebabkan oleh adanya pengendalian harga. BPS mencatat, pergerakan harga 10 komoditas strategis utama dari bulan ke bulan mengalami penurunan. Hampir seluruh harga pangan turun. Namun, dia meminta pemerintah memberikan perhatian khusus kepada harga cabai merah yang merangkak naik.
Di sisi lain, Ketjuk menjelaskan, inflasi komponen inti pada Oktober lalu sebesar 0,10 persen. Sedangkan inflasi komponen inti tahun kalender Januari-Oktober 2016 mencapai 2,68 persen dan secara tahunan sebesar 3,08 persen.
Ke depan, Deputi Bidang Statistik Distibusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo memperkirakan, harga beras akan mengalami kenaikan karena bukan pada musim panennya, terutama di November ini. Pemerintah juga perlu mengantisipasi kenaikan harga cabai merah dan tarif angkutan.
(Baca: Bank Dunia: Inflasi Rendah dan Bantuan Tunai Tekan Angka Kemiskinan)
Namun, dia menilai, kenaikan tarif angkutan tidak akan sebesar tahun lalu karena tidak adanya libur panjang di akhir tahun ini. "Jadi saya kira inflasi akan aman Desember ini," ujarnya.