Rendahnya Inflasi Bisa Dukung Ekonomi Kuartal III Tumbuh 5 Persen

Desy Setyowati
2 November 2016, 18:21
Pertumbuhan EkonomI
Arief Kamaludin|KATADATA

Kebijakan pemerintah memangkas anggaran belanja bisa menekan ke bawah pertumbuhan ekonomi kuartal III-2016. Namun, tren rendahnya angka inflasi diharapkan bisa mendorong daya beli masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5 persen.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal III lalu bisa mencapai 5 persen. Di satu sisi, investasi swasta memang masih melemah karena permintaan dalam negeri juga belum meningkat. Sedangkan investasi yang berasal dari pemerintah akan berkurang karena adanya pemotongan anggaran.

“Konsumsi pemerintah diperkirakan slightly improving dari tahun ini,” kata Josua kepada Katadata, Rabu (2/11). Namun, dia melihat konsumsi masyarakat akan terbantu oleh laju inflasi yang terkendali yaitu sebesar 3,31 persen per Oktober lalu secara tahunan (year on year).

(Baca: Penurunan Harga Pangan Tekan Inflasi Oktober 0,14 Persen)

Seperti diketahui, Selasa (1/11) kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Oktober lalu sebesar 0,14 persen atau lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,22 persen. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, rendahnya inflasi ini berkat penurunan harga bahan makanan.

"Harga pangan Oktober stabil dan cenderung turun. Ini tidak mungin terjadi tanpa ada intervensi (pemerintah) dan tersedianya pasokan dengan distribusi yang bagus," katanya.

Ekonom Kenta Institut Eric Sugandi menyatakan, penurunan harga barang akan mendorong daya beli masyarakat. “Inflasi yang rendah ini karena tekanan supply side, tekanan demand side seasonal pada Ramadan, Natal, dan Tahun Baru,” katanya.

Karena itu, dia memperkirakan, konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2016 tetap tumbuh lima persen karena pengaruh momen Lebaran pada Juli lalu dan menurunnya inflasi. Alhasil, Eric memperkirakan ekonomi bisa tumbuh 5,1 persen.

Meski begitu, dia menilai, pemotongan anggaran pemerintah akan berpengaruh negatif terhadap investasi. Selain faktor itu, investasi juga masih lemah karena pengusaha tetap berhati-hati melakukan ekspansi di sektor riil. Hal ini disebabkan kondisi pertumbuhan ekonomi yang masih melambat.

(Baca: Darmin Yakin Investasi Topang Ekonomi Kuartal III di Atas 5 Persen)

Sebaliknya, Ekonom Samuel Asset Managemen Lana Soelistianingsih memperkirakan, pertumbuhan ekonomi hanya 4,9 - 5 persen pada kuartal III lalu. Pendorongnya masih berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi swasta.

Namun, dia masih meragukan peran investasi swasta, kendati Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi hingga Oktober lalu tumbuh 10,7 persen. “Karena data impornya masih turun, sementara impor (barang modal dan bahan baku) menunjukan investasi berjalan,” kata Lana.

Dari sisi konsumsi rumah tangga, dia memperkirakan masih bisa tumbuh sekitar lima persen. Hal itu terkonfirmasi dari indeks penjualan ritel yang meningkat secara bulan ke bulan (month to month) ataupun dibanding tahun lalu. Faktor penopangnya adalah penurunan harga barang, seperti pangan, yang bahkan mengalami deflasi.

(Baca: Bank Dunia: Inflasi Rendah dan Bantuan Tunai Tekan Angka Kemiskinan)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) malah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III hanya 4,9-5 persen. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makro Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengakui daya beli sedikit menurun, yang terlihat dari penurunan impor ataupun upah buruh yang stagnan.

Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih akan stabil di kisaran lima persen. Hal itu terlihat dari penjualan ritel dan kendaraan bermotor yang membaik. “Konsumsi rumah tangga masih kuat. Tidak ada pemburukan lah paling tidak,” katanya.

Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...