Rupiah Merosot Imbas Trump, BI Siap Intervensi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merosot ke level 13.200-an dalam perdagangan di pasar spot, Rabu siang (9/11). Pelemahan ini seiring unggulnya Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) di Negeri Abang Sam. Menanggapi pelemahan rupiah, Bank Indonesia (BI) menyatakan siap melakukan intervensi.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, pihaknya terus memantau perkembangan pilpres di AS dan akan melakukan intervensi guna menjaga kurs rupiah. "BI selalu ada di pasar dan tidak segan-segan intervensi kalau ada instabilitas perkembangan yang membuat rupiah terlalu jauh dari fundamental," kata Perry di kantornya, Jakarta, Rabu (9/11).
(Baca: Sambut Keunggulan Trump, Index dan Mata Uang Asia Berguguran)
Menurutnya, intervensi sangat bisa dilakukan, mengingat posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia saat ini sudah jauh lebih kuat. Per akhir Oktober lalu, cadev berada pada posisi US$ 115 miliar. Jumlah ini cukup untuk membiayai 8,8 bulan impor atau untuk mendanai 8,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Cadev itu kan sekarang besar, jauh lebih dari cukup untuk tidak hanya stabilkan rupiah, tapi juga antisipasi risiko-risiko pembalikan modal asing (capital outflow)," ucapnya. Meski begitu, ia meyakini risiko capital outflow kecil lantaran investor asing masih melihat perekonomian Indonesia cukup kuat.
Keyakinan BI ini mengacu pada stabilitas di pasar keuangan Indonesia, khususnya pasar valuta asing (valas). “Itu tentu saja sebagai berkat confident internasional khususnya investor global terhadap kondisi ekonomi Indonesia cukup kuat,” ujar Perry. (Baca juga: Dana Asing Keluar, Cadangan Devisa Berkurang Rp 8,5 Triliun)
Sekedar catatan, BI masih optimistis perekonomian Indonesia akan tumbuh di kisaran 5 persen. Apalagi kinerja ekspor meningkat karena kenaikan harga beberapa komoditas. Semula, BI memperkirakan harga komoditas masih akan tertekan tahun ini, tapi kenyataannya justru tumbuh 0,8 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyatakan pendapat senada. Menurutnya, Indonesia cukup kuat menghadapi sentimen negatif di luar negeri. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,04 persen pada kuartal III lalu, terhitung tinggi dibandingkan negara-negara lain yang pasarnya juga tengah berkembang (emerging market). “Indonesia enggak termasuk kelompok negara yang rapuh,” ucapnya Selasa (8/11).
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami fluktuasi tajam dalam perdagangan pada Rabu ini. Dibuka di level 13.055, rupiah sempat melorot hingga ke level 13.252 pada tengah hari. (Baca juga: Waspadai Pilpres Amerika, Sri Mulyani: Indonesia Cukup Kuat)