Presiden Berharap Ekonomi Kuartal IV Tumbuh 5,1-5,2 Persen
Pemerintah berharap perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak berlanjut pada tiga bulan terakhir tahun ini. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah mengebut belanja di akhir tahun. Sebelumnya, ekonomi kuartal III melambat dibanding kuartal sebelumnya karena terpukul pemangkasan anggaran yang mencapai Rp 137 triliun.
Presiden Joko Widodo berharap pertumbuhan ekonomi bisa menembus 5,2 persen pada kuartal terakhir. Itu artinya, presiden berharap ekonomi tumbuh melampaui pencapaian sepanjang tahun. Sekedar catatan, pada kuartal pertama ekonomi hanya tumbuh 4,94 persen, sedangkan kuartal II 5,18 persen. Adapun kuartal III lalu, ekonomi tumbuh 5,02 persen.
"Kita harapkan bisa 5,1 hingga 5,2 persen kuartal ini," kata Jokowi di acara Indonesia Infrastructure Week 2016, Jakarta, Rabu (9/11).
Menurut Jokowi, selain didorong belanja pemerintah, ekonomi di kuartal terakhir juga bisa terbantu oleh belanja terkait perhelatan pemilihan kepala daerah (pilkada) pada 2017 mendatang. (Baca juga: Sambut Pilkada, Sri Mulyani Titip Harapan ke Partai Politik)
Di luar itu, Jokowi juga tampaknya masih berharap pada investasi di kuartal akhir. Sebab, ia sempat menyinggung soal pertumbuhan investasi yang hanya empat persen pada kuartal III lalu. Menurutnya, pertumbuhan investasi harus mencapai enam persen untuk bisa berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi di kuartal IV bakal tumbuh di level 5,1 persen. Dengan demikian, pertumbuhan secara keseluruhan tahun bakal berada di kisaran lima persen.
Senada dengan Jokowi, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo berpendapat peningkatan belanja pemerintah akan menjadi pemacu perekonomian di akhir tahun ini. Sebab, belanja pemerintah khususnya di bidang infrastruktur, merupakan penyumbang terbesar terhadap peningkatan perekonomian di sektor publik.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara tahunan konsumsi pemerintah tumbuh 6,28 persen pada Kuartal II, tapi terkontraksi menjadi -2,97 persen pada Kuartal III. Konsumsi pemerintah bahkan lebih anjlok jika dilihat secara kuartal per kuartal. Penurunannya tajam dari 36,16 persen menjadi negatif 0,2 persen.
Imbasnya, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun. PMTB merupakan pengeluaran untuk barang modal sebagai investasi, seperti untuk bangunan, jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Secara tahunan pertumbuhannya turun satu persen menjadi 4,06 persen, dan secara kuartal berkurang 0,02 persen menjadi 2,53 persen.
Kuartal I | Kuartal II | Kuartal III | ||
Konsumsi Pemerintah | yoy | 2,93 persen | 6,28 persen | -2,97 persen |
qtq | -49,45 persen | 36,16 persen | -0,2 persen | |
PMTB (investasi) | yoy | 5,6 persen | 5,06 persen | 4,06 persen |
qtq | -5,75 persen | 2,55 persen | 2,53 persen | |
Pertumbuhan Ekonomi | yoy | 4,92 persen | 5,18 persen | 5,02 persen |
“Tapi di Kuartal IV, dengan ekspansi (pemerintah) yang lebih tinggi, semoga memberi sumbangan yang lebih besar di sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Perry, Rabu (9/11).
Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ini, Perry menjelaskan, BI juga akan memastikan inflasi terjaga supaya daya beli masyarakat meningkat. Selain itu, BI juga akan menjaga kredibilitas dan konsistensinya dalam setiap kebijakan. Tujuannya, agar investor asing tetap percaya terhadap perekonomian Indonesia. Dengan begitu, risiko tekanan yang berasal dari ketidakpastian global bisa dimitigasi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah menegaskan bahwa pemerintah akan meningkatkan belanja pemerintah di Kuartal IV. Dia memastikan bahwa realisasi penyerapan anggaran tahun ini akan melebihi 95 persen, atau lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Artinya, dia akan menggelontorkan dana sekitar Rp 549,2 triliun-Rp 588,2 triliun pada Kuartal IV atau setara 95-97 persen dari target Rp 1.952,3 triliun.
(Baca juga: Target Serapan 97 Persen, Belanja Negara Jadi Motor Ekonomi Kuartal IV)